Senin, 26 Desember 2011

Banda Aceh berkabung




7 Tahun yang lalu, tepatnya tanggal 26 Desember 2011 sekitar jam 10.00 WIB, Banda Aceh dilanda bencana yang tidak dapat dilupakan oleh Bangsa kita, Indonesia. Bencana yang secara tiba-tiba itu menewaskan sekurangnya 300.000 jiwa.

Gempa ini merupakan gempa bumi terdahsyat 9,3 skala richter, dalam kurun waktu 40 tahun terakhir. Gempa terjadi pada waktu 7:58:53 WIB. Pusat gempa terletak pada bujur 3.316° N 95.854° EKoordinat: 3.316° N 95.854° E, di Pantai Lepas Meulaboh, kurang lebih 160 km sebelah barat Aceh sedalam 10 kilometer.

Diawali dengan Gempa bumi yang maha dahsyat, tak lama kemudian....,

Terdengar patahan lempengan bumi layaknya suara bom dari tengah lautan. Dan seketika itu, air laut dipinggiran menjadi surut, karena tersedot kearah patahan lempengan bumi tersebut. Banyak penduduk mengira air laut surut secara tiba-tiba, sehingga banyak orang yang bermain dipesisir pantai, lalu bergerak ke arah tengah lautan. Namun, tak diduga ternyata air kembali lagi ke daratan dengan ombak yang sangat tinggi. orang-orang yang bermain di pantaipun sudah tak sempat lagi untuk lari untuk menghindari kuatnya desakan air dari lautan.

Begitu kuatnya desakan air membuat rumah dan penduduk hanyut di luluh lantakkan. Air dari lautan mendesak masuk kedalam kota Banda Aceh, bagaikan saluran tak bertepi. Banda Aceh kala itu terlihat bagai dataran yang dipenuhi oleh derasnya dorongan air dari lautan.

Tsunami telah meratakan bumi Serambi Mekah ini. Entah dosa apa yang telah penduduk Aceh lakukan sehingga Allah menjatuhkan musibah yang besar di daerah tersebut. Atau mungkin bumi mencari keseimbangan diri agar tidak lepas dari garis rotasinya. Jika bumi telah bergerak dari sumbu rotasinya, maka kiamatlah yang akan menimpa kita.

Banda Aceh berkabung.
Tidak semua instansi melakukan aktifitas kegiatan, baik pemerintah maupun swasta. Semua melakukan do'a bersama di masjid-masjid untuk tafakur dan sambil mengoreksi diri.

Beberapa penduduk dan instansi NAD ada yang memasang bendera setengah tiang, sebagai tanda belasungkawa yang mendalam, mengingat tragedi yang memilukan tersebut.

Banyak sanak-saudara, keluarga, anak, istri, suami, dan semuanya hilang lenyap tanpa ada pesan sebelumnya. Kehilangan yang mendadak tersebut hingga kini masih membekas di hati orang-orang yang mengalaminya secara langsung.

Jika saya bertemu dengan mereka yg hampir menjadi korban ganasnya tsunami, selalu saja matanya berkaca-kaca saat menceritakan kejadian tersebut. Ternyata, 7 tahun tidak cukup untuk menghapus kenangan tragedi tersebut.

7 Tahun sudaah Tsunami berlalu, saat ini 26 Desember 2011, kondisi NAD sudah jauh dari yang dibayangkan orang.
Jika ada yang datang ke Banda Aceh, pasti mereka akan bertanya, dimana lokasi tsunami itu ? Karena memang tidak tampak bahwa 7 tahun yang lalu NAD ini porak poranda.

Yang terlihat adalah pembangunan dan roda perekonomian sudah berjalan sangat pesat. Pembangunan ada dimana-mana. Infrastruktur, pembangunan perkotaan, drainase dan segalanya sudah pulih seakan tak pernah ada kejadian yang mengerikan di sini.

Jika kita mengingat kembali musibah itu, terkadang kita bertanya dalam hati.
Apakah Allah murka ? Apakah ini semua ujian bagi hamba-Nya ? Apakah banyak problematika duniawi di NAD, sehingga banyak yang harus dimusnahkan ? Apakah dunia inu sudah semakin tua ? Apakah ini tanda-tanda akhir jaman ?

Hanya Allah yang maha Tahu.

Maka,....
Beribadahlah engkau dengan sebaik-baikya, seolah-olah engku akan mati esok hari.
Namun, Bekerja dan belajarlah engkau sebaik mungkin, seolah-olah engkau hidup selama-lamaya.


Salam,
HJK

Tidak ada komentar:

Posting Komentar