Selasa, 22 Oktober 2013

Nilai Kehidupan

Alkisah, ada seorang pemuda yang hidup sebatang kara. Pendidikan rendah, hidup dari bekerja sebagai buruh tani milik tuan tanah yang kaya raya. Walapun hidupnya sederhana tetapi sesungguhnya dia bisa melewati kesehariannya dengan baik.

Pada suatu ketika, si pemuda merasa jenuh dengan kehidupannya. Dia tidak mengerti, untuk apa sebenarnya hidup di dunia ini.... Setiap hari bekerja di ladang orang demi sesuap nasi. Hanya sekadar melewati hari untuk menunggu kapan akan mati. Pemuda itu merasa hampa, putus asa, dan tidak memiliki arti.

"Daripada tidak tahu hidup untuk apa dan hanya menunggu mati, lebih baik aku mengakhiri saja kehidupan ini," katanya dalam hati. Disiapkannya seutas tali dan dia berniat menggantung diri di sebatang pohon.

Pohon yang dituju, saat melihat gelagat seperti itu, tiba-tiba menyela lembut. "Anak muda yang tampan dan baik hati, tolong jangan menggantung diri di dahanku yang telah berumur ini. Sayang, bila dia patah. Padahal setiap pagi ada banyak burung yang hinggap di situ, bernyanyi riang untuk menghibur siapapun yang berada di sekitar sini."

Dengan bersungut-sungut, si pemuda pergi melanjutkan memilih pohon yang lain, tidak jauh dari situ. Saat bersiap-siap, kembali terdengar suara lirih si pohon, "Hai anak muda. Kamu lihat di atas sini, ada sarang tawon yang sedang dikerjakan oleh begitu banyak lebah dengan tekun dan rajin. Jika kamu mau bunuh diri, silakan pindah ke tempat lain. Kasihanilah lebah dan manusia yang telah bekerja keras tetapi tidak dapat menikmati hasilnya."

Sekali lagi, tanpa menjawab sepatah kata pun, si pemuda berjalan mencari pohon yang lain. Kata yang didengarpun tidak jauh berbeda, "Anak muda, karena rindangnya daunku, banyak dimanfaatkan oleh manusia dan hewan untuk sekadar beristirahat atau berteduh di bawah dedaunanku. Tolong jangan mati di sini."

Setelah pohon yang ketiga kalinya, si pemuda termenung dan berpikir, "Bahkan sebatang pohonpun begitu menghargai kehidupan ini. Mereka menyayangi dirinya sendiri agar tidak patah, tidak terusik, dan tetap rindang untuk bisa melindungi alam dan bermanfaat bagi makhluk lain".

Segera timbul kesadaran baru. "Aku manusia; masih muda, kuat, dan sehat. Tidak pantas aku melenyapkan kehidupanku sendiri. Mulai sekarang, aku harus punya cita-cita dan akan bekerja dengan baik untuk bisa pula bermanfaat bagi makhluk lain".

Si pemuda pun pulang ke rumahnya dengan penuh semangat dan perasaan lega.

Senin, 14 Oktober 2013

“Seven Social Sins”.

“Politics without principle. Wealth without work. Pleasure without conscience. Knowledge without character. Commerce without morality. Science without humanity. Worship without sacrifice”

-Mahatma Gandhi-

Sabtu, 05 Oktober 2013

Selalu berbagi

Semalem, saat sdg makan di Mc D, Sepasang kakek-nenek datang ke resto Mc Donald, dgn saling menuntun. Mereka duduk di sebuah bangku panjang berdua,disampingku.

Si kakek segera berdiri & memesan makanan, sebuah hamburger, seporsi kentang goreng & segelas minuman.
Setelah itu kembali duduk, membagi hamburger jadi 2 bagian, menghitung kentang goreng dgn cermat & membagi adil dgn si nenek, kemudia...
n mengambil dua sedotan, menaruh gelas minuman tepat ditengah meja.

Aku memperhatikan tingkah sepasang kakek-nenek itu dgn salut & kagum, "Wah sdh tua2 begitu masih bisa saling berbagi & mengasihI, sungguh patut dijadikan contoh" pikirku.

Kakek kemudian makan bagiannya, sementara si nenek hanya menyedot minumannya dan memperhatikan Si kakek makan.

Melihat itu, akupun iba. Akupun merasa kasihan, akhirnya mendekat sembari menyodorkan kentangku yg Super Size & berkata: "Nek ambillah ini. Si Nenek jwb: "Tdk usah cu, terima kasih, kami selalu berbagi makanan yg sama".

Sampai si kakek selesai makan, mengelap mulut dgn tissue, si nenek msh saja menunggu tanpa menyentuh makanan bagiannya.

Akupun mendekat lagi, kali ini berkata: "Nek, boleh saya belikan makanan yg lain, mungkin nenek tdk suka yg ini?"

Nenek : "Tdk cu… terimakasih.

Aku : "Kalau begitu kenapa makanannya tdk dimakan, katanya kalian suka berbagi ?"

Nenek : "Nenek sedang nungguin kakek selesai makan,... Karena gigi palsunya masih di pake Kakek. Kan kami selalu berbagi....

Eeeaaallaaah, neeek... berbaginya termasuk gigi palsunya toh....
 
 
Salam,
HJK

Selasa, 01 Oktober 2013

Sifat Kepiting

Mungkin banyak yang tahu wujud kepiting, tapi tidak banyak yang tahu sifat kepiting.
Semoga Anda tidak memiliki sifat kepiting yang dengki.

Di Filipina, masyarakat pedesaan gemar sekali menangkap dan memakan kepiting sawah.
Kepiting itu ukurannya kecil namun rasanya cukup lezat. Kepiting-kepiting itu dengan mudah ditangkap di malam hari, lalu dimasukkan ke dalam baskom/wadah, tan...pa diikat.
Keesokkan harinya, kepiting-kepiting ini akan direbus dan lalu disantap untuk lauk selama beberapa hari. Yang paling menarik dari kebiasaanini, kepiting-kepiting itu akan selalu berusaha untuk keluar dari baskom,sekuat tenaga mereka, dengan menggunakan capit-capitnya yang kuat.

Namun seorang penangkap kepiting yang handal selalu tenang meskipun hasil buruannya selalu berusaha meloloskan diri.Resepnya hanya satu, yaitu si pemburu tahu betul sifat si kepiting. Bila ada seekor kepiting yang hampir meloloskan diri keluar dari baskom,teman-temannya pasti akan menariknya lagi kembali ke dasar.Jika ada lagi yang naik dengan cepat ke mulut baskom, lagi-lagi temannya akan menariknya turun… dan begitu seterusnya sampai akhirnya tidak ada yang berhasil keluar.
Keesokan harinya sang pemburu tinggal merebus mereka semua dan matilah sekawanan kepiting yang dengki itu.

Begitu pula dalam kehidupan ini…tanpa sadar kita juga terkadang menjadi seperti kepiting-kepiting itu.

Yang seharusnya bergembira jika teman atau saudara kita mengalami kesuksesan kita malahan mencurigai, jangan-jangan kesuksesan itu diraih dengan jalan yang nggak bener.Apalagi di dalam bisnis atau hal lain yang mengandung unsur kompetisi,sifat iri, dengki, atau munafik akan semakin nyata dan kalau tidak segera kita sadari tanpa sadar kita sudah membunuh diri kita sendiri.Kesuksesan akan datang kalau kita bisa menyadari bahwa di dalam bisnis atau persaingan yang penting bukan siapa yang menang, namun terlebih penting dari itu seberapa jauh kita bisa mengembangkan diri kita seutuhnya.
Jika kita berkembang, kita mungkin bisa menang atau bisa juga kalah dalam suatu persaingan, namun yang pasti kita menang dalam kehidupan ini.

Pertanda seseorang adalah ‘kepiting’:
1. Selalu mengingat kesalahan pihak luar (bisa orang lain atau situasi)yang sudah lampau dan menjadikannya suatu prinsip/pedoman dalambertindak
2. Banyak mengkritik tapi tidak ada perubahan
3. Hobi membicarakan kelemahan orang lain tapi tidak mengetahui kelemahan dirinya sendiri sehingga ia hanya sibuk menarik kepiting-kepiting yang akan keluar dari baskom dan melupakan usaha pelolosan dirinya sendiri...

Seharusnya kepiting-kepiting itu tolong-menolong keluar dari baskom,namun yah… dibutuhkan jiwa yang besar untuk melakukannya…Coba renungkan berapa waktu yang Anda pakai untuk memikirkan cara-cara menjadi pemenang.

Dalam kehidupan sosial, bisnis, sekolah, atau agama.Dan gantilah waktu itu untuk memikirkan cara-cara pengembangan diri Anda menjadi pribadi yang sehat dan sukses.