Hal tersebut di iya
Saya pun hanya bisa tersenyum kecut mendengarnya.
Dalam menghadapi suatu peristiwa, tanpa sadar kita sering kali menyalahkan hujan sebagai suatu musibah/ bencana.
Apalagi yang terlibat dalam pelaksanaan proyek, selalu saja banyak yang mengeluh. “ walaaah…hujan lagi…!! “. Dan jarang sekali ada yang mensyukuri kenikmatan Allah tersebut.
Bagaimana bisa kita mengatakan itu musibah dan bencana apabila banjir terjadi karena ulah manusia itu sendiri ? bagaimana bisa kita mengatakan musibah apabila terjadi karena sudah merupakan hukum alam ? dan terlebih lagi bagaimana kita mengatakan musibah bila ternyata sebenarnya dengan banjir / hujan yang berlebihan berarti Allah sedang memperhatikan kita ?
Air yang turun dari langit tidak bisa disalahkan, baik itu besar maupun kecil.
Nah, jika kita membuat suatu galian pondasi yang kecil/ besar, dimana tidak terdapat aliran drainage yang baik dan terarah menuju ke suatu tempat, apakah mungkin kita menyalahkan hujan karena galian tersebut menjadi genangan air ?
Pekerjaan “ cut and fill “ misalnya, mereka (pekerjaan tanah) bisa idle 1-2 hari jika air hujan tidak di manage di area galian dan timbunan. Untuk mengarahkan air hujan, harusnya dibuat kemiringan timbunan 1 – 2 %, dan drainage di sisi-sisi jalan. Nah, kalau kita tidak membuatnya, apakah hujan masih tetap akan kita salahkan ?
Lalu, jika terjadinya banjir di lokasi lainnya, siapa yang akan kita salah
Apabila tempat serapan atau simpanan air sudah digantikan oleh benda yang lebih padat, apabila hutan alami sudah digantikan dengan hutan beton, maka harus ke mana lagi larinya air tersebut mengalir ?
Tanpa ada perencanaan drainage yang baik, sudah pasti banjir akan terjadi.
Banjir memang sudah seharusnya terjadi, dan semua itu lebih besar dikarenakan kelalaian atas perbuatan kita sendiri.
Jadi, siapa yang patut disalahkan ?
Salam,
HJK