Sabtu, 23 Oktober 2010

Mabrur tanpa berhaji


Banyak kisah sufi tentang Mabrur tanpa berhaji, namun kali ini saya tuliskan kisah seorang tukang cukur rambut yang mendapatkan predikat haji mabrur, tanpa harus pergi ke Baitullah.

Tersebutlah dalam satu kisah sufi, seseorang yang sedang menunaikan ibadah haji terlelap saat wukuf di tengah teriknya matahari di Padang Arafah. Dalam tidurnya ia bermimpi berjumpa Rasulullah Saw.


Mimpi itu memberinya harapan bahwa hajinya mabrur. Bagaimana tidak, sampai-sampai Rasul pun, menemuinya.


Untuk memastikan, ia lalu memberanikan diri bertanya kepada Rasulullah, "Ya Rasul, siapakah yang diterima hajinya sebagai haji mabrur?"
Nabi Muhammad Saw, seraya menarik napas dalam-dalam, menjawab, "Tak seorangpun dari jamaah haji ini yang diterima hajinya, kecuali tukang cukur tetanggamu."
Sang haji tersentak kaget. Betapa tidak, ia tahu persis tetangganya itu miskin. Dan seperti tahun-tahun sebelumnya, tahun ini pun ia tak mampu menunaikan ibadah haji.

Dengan perasaan sedih dan dada sesak, ia terbangun dari tidurnya. Sepanjang wukuf, ia mengintrospeksi diri, memikirkan dalam-dalam apa arti di mimpi tadi.

Dan sekembali dari Mekah ia segera menemui tetangganya si tukang cukur itu. Ia menceritakan segala pengalamannya selama menunaikan ibadah haji.

Tapi cerita yang paling ingin disampaikan adalah perihal tukang cukur itu sendiri yang disebut-sebut Nabi dalam mimpinya.


Dengan sikap keheranan, Pak Haji bertanya, "Amalan apa yang telah Anda lakukan sehingga Anda dianggap telah melakukan haji mabrur?"
Tetangganya semula juga bingung. Tapi ia lalu teringat pada kegagalannya berangkat haji tahun ini.

Lalu dia pun bercerita, Sebenarnya, tukang cukur itu telah lama bercita-cita naik haji, seperti tetangganya yang sudah bolak-balik ke Mekah berkali-kali. Untuk itu, bertahun-tahun ia mengumpulkan biaya yang disisihkan dari hasil profesinya.

Dan Alhamdulillah, tabungan itu akhirnya cukup untuk biaya naik haji tahun ini.

Namun, ketika ia bersiap-siap untuk berangat ke Mekah, seorang anak yatim tetangganya tertimpa musibah yang hampir merenggut jiwanya.

Tukang cukur sempat bimbang, antara tetap pergi haji atau menolong si anak yatim. Tapi akhirnya dia berketetapan menolong anak yatim tersebut, dan menyumbangkan hampir seluruh tabungan hajinya untuk membiayai pengobatan anak yatim itu.

Akhirnya, gagallah dia berangkat haji,....namun, pilihannya tidak keliru. Atas niat baik dan keikhlasan serta pengorbanannya, ternyata justru ia memperoleh predikat mabrur tanpa pergi haji.



salam,
HJK

  • Berkunjung ke Baitullah, sudah pasti menjadi cita-cita setiap muslim. Bahkan nikmatnya menjadi tamu Allah kelewat sayang jika tak berangkat haji lagi bila ada rezeki/ uang.
    Namun, Ibnu Abbas berwasiat ; "Membelanjakan hartaku untuk memberi makan satu keluarga muslim selama sebulan, jauh lebih aku sukai ketimbang berhaji berkali-kali " (Abu Nuaim dalam Al Hilyah I).
    Sebenarnya, keinginan untuk berangkat haji lagi, lebih dikarenakan adanya energi positif jika berada di Baitullah. Perasaan khidmad dan khusyuk benar-2 terasa...apalagi semua umat yang berada di Mekkah mempunyai tujuan yang sama.
    Ada juga, yang karena merasa kepergian haji sebelumnya terdapat kekurangan dalam melaksanakan ibadahnya, atau ada alasan lainnya.

    Jika kisah sufi di atas memang benar adanya, Subhanallah....saya pun yakin ketulusannya sebanding dengan haji mabrur.

Selasa, 19 Oktober 2010

Jeddah Bukan Miqat


Penulis Al-Ustadz Qomar ZA Lc

Apakah Jeddah bisa menjadi miqat sebagai pengganti Yalamlam ? krn sebagian ulama membolehkannya.

Jawab:
Dalil dlm menentukan miqat adl hadits yg diriwayatkan Al-Bukhari dan Muslim dlm Shahih kedua dari Ibnu ‘Abbas radhiyallahu ‘anhuma:
“Sesungguh Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam menentukan Dzul Hulaifah sebagai miqat bagi penduduk Madinah Al-Juhfah bagi penduduk Syam Qarnul Manazil bagi penduduk Najd dan Yalamlam bagi penduduk Yaman. Miqat-miqat itu bagi penduduk negeri itu dan selain mereka yg melewati utk pergi haji atau umrah. Dan orang yg kurang dari jarak itu mk dia berihram dari tempat dia memulai sampai penduduk Makkah berihram dari Makkah.”

Juga dari ‘Aisyah radhiyallahu ‘anha:
“Bahwasanya Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam menentukan Dzatu ‘Irqin sebagai miqat bagi penduduk Irak.”
Abu Dawud dan Al-Mundziri mendiamkan riwayat ini sedangkan Ibnu Hajar dlm At-Talkhis mengatakan: “Hadits itu merupakan riwayat Ibnul Qasim dari ‘Aisyah. Al-Mu’afa bin ‘Imran menyendiri dlm meriwayatkan dari Aflah dari Ibnul Qasim dan Al-Mu’afa dapat dipercaya.”

Miqat-miqat ini berlaku bagi penduduk daerah tersebut atau penduduk daerah lain yg melalui utk pergi haji atau umrah. Adapun orang yg tinggal di dlm batas itu mk berihram dari tempat dia memulai ihram sampaipun penduduk Makkah berihram dari Makkah. Namun orang yg hendak melakukan umrah sementara dia berada dlm wilayah tanah Al-Haram mk dia keluar ke daerah yg halal lalu melakukan ihram dari situ. Sebagaimana hal ini terjadi pada ‘Aisyah dgn perintah dari Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam. Karena sesungguh beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam memerintahkan Abdurrahman bin Abu Bakr radhiyallahu ‘anhuma saudara laki2 ‘Aisyah agar keluar bersama ‘Aisyah radhiyallahu ‘anha ke Tan’im utk melakukan umrah. Hal ini terjadi setelah haji wada’.
Dan di antara miqat-miqat yg telah disebutkan adl Yalamlam. Sehingga barang-siapa yg melewati utk pergi haji atau umrah baik penduduk Yalamlam atau bukan mk ia berihram darinya. Bagi orang yg berada di pesawat udara dia wajib utk berihram ketika sejajar dgn miqat. Sebagaimana wajib pula bagi yg naik kapal laut utk berihram apabila sejajar dgn miqatnya.

Jeddah merupakan miqat bagi penduduk Jeddah dan orang yg tinggal di sana apabila ingin haji atau umrah. Adapun menjadikan Jeddah sebagai miqat pengganti Yalamlam mk tdk ada dalilnya. Sehingga barangsiapa yg melewati Yalamlam dlm keadaan dia tdk berihram mk wajib membayar dam. Demikian juga orang2 yg melewati miqat yg lain utk pergi haji atau umrah. Karena miqat adl Yalamlam sementara jarak antara Makkah dan Yalamlam lbh jauh daripada jarak antara Makkah dan Jeddah. Allah-lah yg memberi taufiq. Semoga shalawat dan salam-Nya tercurah kepada Nabi kita Muhammad keluarga dan para shahabatnya.
Al-Lajnah Ad-Da‘imah lil Buhutsil ‘Ilmiyyah wal Ifta‘.
Ketua: Abdul ‘Aziz bin Abdullah bin Baz
Wakil: Abdurrazzaq ‘Afifi
Dinukil dari Fatawa Al-Lajnah Ad-Da‘imah . Lihat pula pembahasan yg semakna dlm Taisirul ‘Allam dan Fatawa Arkanul Islam karya Asy-Syaikh Ibnu ‘Utsaimin.
Demikianlah hendak hal ini menjadi perhatian bagi tiap jamaah haji yg menginginkan kebaikan utk dirinya. Solusi mudah yaitu dgn kita memulai memakai ihram sebelum naik pesawat atau ketika berada di atas pesawat. Kemudian bila sudah sejajar dgn miqat kita berniat ihram dan bertalbiyah.Selama anda berpegang dgn kebenaran janganlah malu. Tidak usah peduli dgn cemoohan orang dan omongan mereka krn ini adl masalah serius: masalah ibadah.


-------------------


Note :
Sebelumnya mohon ma'af, jika tulisan terebut di atas membingungkan para calon jema'ah hji yang akan berangkat menunaikan ibadah sucinya ke Makkah Al Mukarommah.
Saya pun mengalami hal yang sama saat akan ber Haji. Pernah saya tanyakan langsung pada pembimbing haji, dan beliaupun mempunyai dalil yang kuat juga (karena saya sangat awam dalam hal itu). Sehingga akhirnya, saya memutuskan untuk ber ihram di Jeddah.
Sebaiknya, para calon haji banyak mencari informasi langsung pada pembimbing hajinya, jika ada sesuatu yang mengganjal di hati. Manfaatkan saat manasik haji untuk bertanya, dan luangkan waktu untuk membaca tentang haji, agar tidak menjadi penyesalan nantinya.
Dan, Semoga menjadi Haji yang Mabrur.


Salam,
HJK

Me : "Jika Allah memanggil kami sekeluarga untuk dapat berkunjung ke Makkah Al Mukarommah, maka saya akan ber ihram dari Indonesia atau saat berada di atas miqat."

Sabtu, 16 Oktober 2010

Haji Mabrur


Saat di Padang Arafah, Abu Bakar pernah ditanya oleh seorang sahabat dari Madinah : “ Apakah itu haji mabrur wahai Abu Bakar ? ”.

"Engkau akan melihat apakah haji kamu mabrur atau tidak, saat engkau kembali pulang di Madinah nanti” jawabnya singkat.

Haji mabrur memang menjadi impian setiap pelaku ibadah haji. Dalam titahnya, Rasulullah SAW menjelaskan: “ Untuk mendapatkan janji inilah, setiap Muslim akan melakukan berbagai upaya dan pengorbanan agar dapat menunaikan ibadah haji dan sekaligus melakukan berbagai ibadah yang dapat menjadikan hajinya mabrur (baik) atau maqbul (diterima).

Sayang, pemahaman tentang makna haji mabrur itu seringkali dibatasi oleh dinding-dinding ritual yang ketat. Dalam memahami mabrur atau tidaknya haji seseorang tidak atau jarang melihat jauh di balik dari praktek-praktek ritual yang terkait dengan haji. Perhatian sepenunya terkadang hanya pada sebatas apakah rukun-rukun, wajib maupun sunnah-sunnah haji terpenuhi secara baik.

Pertanyaannya, itukah semua tujuan yang ingin dicapai dari pelaksanaan ibadah haji ?
Apakah ibadah haji sekedar dimaksudkan untuk mengumpulkan pahala sebanyak-banyaknya ?
Atau barangkali sekedar dimaksudkan untuk membersihkan dosa-dosa masa lalu ?

Jawabannya pasti tidak. Ibadah dalam Islam tidak dimaksudkan untuk membangun “egoisme” pribadi, walau itu atas nama penyembahan. Ruku’ dan sujud seorang hamba seharusnya tidak dibangun di atas kepuasan pribadi atau keinginan untuk merasakan ketenangan dan kebahagiaan individu saja, walau itu atas justifikasi akhirat.

Inilah rahasia dari ungkapan Abu Bakar kepada seorang sahabat bahwa hajinya akan diketahui mabrur atau tidak di saat telah kembali ke Madinah (kampung halamannya). Bahwa di saat kembali berada di tengah-tengah kehidupan kesehariannya, terjadi perubahan yang positif. Imannya menjadi semakin “tajam” sehingga mampu menembus kuatnya batas-batas wujud material ini. Ibadahnya semakin “dalam” (ikhlas) dan bertambah. Apalagi, kelakuan sosialnya akan semakin tumbuh secara positif, menjadikan semua di sekitarnya merasai aman dan tenteram karena sang haji.


(Dari milis tetangga)


Salam,
HJK


Selasa, 12 Oktober 2010

Mensyukuri musibah

Seringkali tanpa sadar, kita mengeluhkan apa saja yang tidak menyenangkan di hati. Yaaaa..... memang manusiawi.... setiap yang tidak sesuai, pasti ada rasa gundah di hati.

Saya pernah mendengarkan di suatu pengajian, intinya adalah, bagaimana kita "mensyukuri suatu musibah dan bersabar atas nikmat yang diberikan Allah".

Terdengar agak janggal, yang biasa kita dengar adalah ; "bersabar atas musibah dan mensyukuri atas nikmat yang diberikan Allah". Kalau itu sih memang sudah seharusnya, tapi menjadikan itu sebaliknya akan menjadi sulit bisa dimengerti.

Diberi musibah kok malah bersyukur.... diberi nikmat kok malah bersabar....

Ya, karena perbedaan antara musibah dan nikmat itu ternyata sangatlah tipis.


Salam,
HJK

Kamis, 07 Oktober 2010

Back to Work


Setelah standby hampir 2 minggu lamanya, akibat demo warga pemilik Jang, akhirnya pekerjaan timbunan tanah ini dapat diijinkan untuk dimulai kembali.

Demontrasi yang dilakukan oleh pemilik Meu Jang, adalah dampak dari pekerjaan retention basin/ kolam penampungan yang dapat mengakibatkan terhentinya ladang mata pencaharian mereka. Kalau berbicara dengan hati, sebenarnya tidak tega juga menghadapkan mereka secara langsung dengan aparat, apalagi jika sampai terjadi kontak fisik. Mereka rakyat kecil yang hanya minta mendapatkan perhatian dari pemerintah kota agar dibantu dalam mencari alternatif kewirausahaan.

Bantuan per KK Rp. 25 juta sudah ada kesepakatan antara Pemerintah Aceh dan Bank BPD Aceh, namun mereka (para anak meujang) tidak mengerti bagaimana cara mengambil atau mengurusnya, juga dana tersebut akan dipergunakan untuk kegiatan apa saja, sehingga dana tersebut dapat berputar dan bertambah. Karena jika dana tersebut digunakan untuk hal-hal yang konsumtif, maka dalam waktu dekat akan habis dan dana pinjaman tersebut tidak akan dapat diangsur pengembaliannya.

Dalam menyelesaikan masalah ini, beberapa pihak berkompeten telah banyak membantu jalannya kesepakatan dengan anak Jang ini. Cukup melelahkan memang, karena selama beberapa hari bertemu, solusi yang kami dapatkan hanya membuat dongkol di hati.

Dan akhirnya, melalui penyelesaian koordinasi harian, titik terang pun ada juga. Atas bantuan pak Keuchiek dan Camat, kitapun dapat berjumpa dengan sang petinggi di Aceh, meskipun lama menunggunya 5 jam. Menunggu 5 jam, tapi bertemu tidak lebih dari 5 menit. Hasilnyapun hanya dijanjikan bahwa proses pembayaran akan selesai dalam waktu 3 bulan.
Dan akhirnya, menurut anak Jang, " Jika dalam waktu 3 bulan pemerintah Aceh belum merealisasikan dana tersebut, maka pihak kontraktor harus sepakat menghentikan pekerjaannya, tanpa harus diminta untuk berhenti. Karena kesepakatan ini dibuat atas dasar kepercayaan sesama muslim. "

Ya, Alhamdulillah, sayapun diijinkan dapat kerja kembali sampai dengan batas waktu 25 Desember 2010. Jika pemkot molor/ lalai dari janjinya, maka saya harus berhenti lagi.....yaaa, nasib dah...tapi, tetap harus di syukuri.

Pemilik jang sebenarnya tau, bahwa posisi mereka lemah secara hukum. Mereka tidak punya alat bukti kuat yang melegalkan pemasangan Jang di alur pasang surut sungai - laut. Hanya saja keberadaan mereka memang diakui pemkot telah ada sejak tahun 1900, sebelum negara ini merdeka. (itu sesuai yang tertulis dalam data di kanto Kecamatan).
Jang ini adalah usaha milik keluarga, yang di lakukan secara turun temurun.

Bayangkan saja, sejak tahun 1900 mereka sudah berusaha disana, berarti sudah 110 tahun mengail rezeki di sungai Krueng Titi Panjang tersebut.....hmmm....kasian juga mereka, yang kecil yang tertindas. Semoga mereka mendapatkan lahan mata pencaharian yang baru.

Mudah-mudahan janji pemerintah Aceh ini tidak molor lagi, apalagi di lupakan.
" Lebih baik molor sedikit, karena masih ada yag diharapkan dari pada dilupakan. ", ujar mereka.



Salam,
HJK

Sabtu, 02 Oktober 2010

Muhasabah

Allahuma Ya Allah ….
Tiada Yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang selain Engkau,
Engkau curahkan kasih-Mu pada makhluk-Mu seakan-akan Engkau memerlukan mereka,
Padahal Engkau sama sekali tidak memerlukan mereka,
Tlah banyak karunia yang Engkau berikan kepadaku,
Tlah banyak Engkau limpahkan rejeki-Mu padaku
Tak terhingga nikmat Engkau yang telah aku rasakan
Namun demikian, aku seringkali lalai menyukurinya,
Aku seringkali membangkang pada-Mu
Janganlah karena kealpaan itu Engkau murkai aku Ya Allah,
Tapi teteskan Ya Allah seberkas cahaya-Mu pada hatiku,
Karena tanpa bantuan-Mu mustahil aku dapat mensyukuri nikmat-Mu,
Mustahil aku dapat menggunakan harta yang Engkau titipkan padaku sebagai sarana untuk pengabdian kepada-Mu……
Ya Allah hanya Engkau Yang Maha Kuat,
Aku ini lemah Ya Allah……..
Tanpa bantuan-Mu tidaklah mungkin aku dapat mengalahkan setan dan hawa nafsu yang mengajak kepada kesetanan,
Tanpa bantuan-Mu tidaklah mungkin aku dapat selalu tegar dalam mengabdi kepada-Mu,
Tanpa petunjuk-Mu aku pasti akan tersesat Ya Allah…..
Lindungilah aku dari perbuatan-perbuatan yang dapat mengotori jiwaku,
Kuatkanlah imanku agar dapat tegar menghadapi segala cobaan-Mu…..

Wahai Tuhanku Yang Maha Agung…..

Jadikanlah cintaku kepada-Mu melebihi kecintaanku kepada selain-Mu,
Jadikanlah takutku kepada – Mu melebihi rasa takut ke[pada selain-Mu,
Ingatkanlah selalu padaku akan tujuan Engkau menciptakan aku…..
Arahkanlah aku kepada jalan yang lurus,
Sesuai dengan jalannya orang-orang yang telah Engkau berkahi
Bukannya jalan orang yang telah Ekau murkai,
Dan bukan pula jalan orang-orang yang tersesat….

Ya Allah junjungan hati orang yang beriman…….
Terimalah ibadahku,
terimalah sholatku,
terimalah sedekahku,
terimalah zikirku,

Maafkanlah bila ibadahku tercampur dengan riya’

Ampunilah bila amal shaleh yang aku lakukan tidak dengan seluruh keikhlasan hatiku…….

Ya Allah Yang Maha Pengasih,
Janganlah Engkau hukum aku bila aku terlupa mengingat-Mu,
Janganlah Engkau tinggalkan aku bila aku lalai mengagungkan-Mu,
dan jangan pula Engkau biarkan aku bila aku terperosok dalam perangkap kenikmatan dunia…..

Allahuma Ya Allah….
Maksiat yang aku lakukan tidaklah untuk menentang-Mu,
Bukanlah pula karena mengabaikan siksa-Mu,
Ataupun menantang hukuman-Mu,
Tetapi semata-mata karena kebodohan dan kelemahanku terjerat hawa nafsu belaka….
Kasihani aku karena kelemahanku ini Ya Allah……

Ya Allah Ya Rahman Ya Rahim….
Aku bermohon pada –Mu,
Penuhilah kalbuku dengan cinta dan rasa takut kepada-Mu.
Dengan keyakinan dan keimana pada-Mu,
Serta dengan rindu dan rasa takut berpisah dengan-Mu……..
Bimbinglah agar aku dapat meningkatkan akhalku mengikuti akhak Nabi-Mu yang mulia Muhammad saw……
Bantulah aku agar mampu bersyukur kepada-Mu…..

Allahuma Ya Allah…..
Engkau menampakan kepadaku rasa kasihsayang-Mu dengan nikmat-mikmat-Mu,
Tapi aku menimpalinya dengan dosa-dosa….
Turun kepadaku kebaikan-Mu, naik kepadaku kejelekanku…..

Malaikat senantiasa datang kepada-Mu membawa perbuatan-perbuatanku yang buruk, tapi hal itu tidak mencegah-Mu untuk menyebarkan belaskasih-Mu dan menganugerahkan nikmat-Mu….
Besar sudah bencanaku,
Berlebihan sudah kejelekanku,
Rendah benar amal-amalku,
Dunia dengan tipudayanya telah memperdayaiku,

Wahai junjunanku…..
Aku bermohon kepada-Mu dengan segala kekuasaan –Mu,
Jangan kau tutup doa ku karena kejelekan amal dan perangaikau,
Anugrahkanlah padaku manis ampunan-Mu,
Dan lezatkanlah magfiroh-Mu….
Perbaiki sholatku dengan curahan anugerah-Mu,
Keluarkanlah dari hari kecintaan pada dunia sebagaimana yang telah Engkau lakukan trhadap hamba-hamba pilihan-Mu sebelum aku…..

Wahai Zat yang paling baik untuk dimintai permohonannya,…..
Yang paling murah pemberiannya……
Yang paling royal kasih sayangnya……
Bawalah aku dalam bahtera keselamatan-Mu,
Karuniakanlah aku kelezatan bermunajat kepada-Mu,
Curahkanlah kepadaku cinta-Mu,
Cicipkan kepadaku manisnya rasa sayang-Mu
Tumbuhkanlah dalam hati kegemaran untuk taat ke[pada-Mu,
Tuluskan niatku dalah beribadah kepada-Mu
Wahai Tuhanku yang menguasai alam semesta……
Aku meminta-Mu dengan penuh tunduk,
Kerendahan dan kehkusuan…..
Ampunilah aku serta rahmatilah diriku……

Ya Allah Yang Maha Pengatur dan lagi Maha Sici…..
Jadikan lah aku hamba-Mu yang selau rela dan puas dengan pemberian-Mu,
Selau rendah hati dalam bertingkahlaku….
Jadikan aku yang paling istimewa di antara pengenal-Mu,
Yang paling shaleh diantara orang yang mentaati-Mu,
Yang paling ikhlas mengabdi kepada-Mu…….

Ya Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang……
Ampunilah dosa-dosa kedua orang tuaku,
Kasihilah mereka sebagaimana mereka mengasihiku semenjak aku masih dalam kadungan,
Periharalah mereka sebagaimana mereka telah memelihara aku dengan penuh kasih sayanga,
Sayangilah mereka sebagaimana mereka mencintaiku,
Berilah mereka petunjuk sebagaimana mereka telah mengajari aku,

Dan lindungilah mereka dari gangguan makhluk Engkau sebagaimana mereka membela aku bila aku dizalimi……..

Ya Allah Penguasa Hari Akhir…..

Aku sadar cepat atau lambat aku pasti kembali kepada Engkau dengan meninggalkan harta benda yang telah aku miliki,
Meninggalkan anak-anakku yang aku cintai…
Aku sadar bahwa aku akan menghadapi sakaratul maut,
Pada saat itu bantulah aku agar dapat mengingat Engkau,
Bantulah aku agar dapat mati dalam khusnul khatimah…..

Ya Allah………
Berilah aku kebaikan didunia,
Dan kebaikan di akhirat,

Hindarilah aku dari siksa kubur-Mu,
Jauhkan tempatku kelak dari api neraka-Mu……..

Amin.

Sabtu, 25 September 2010

Meu Jang

Menghadapi demo warga di proyek sih sebenarnya sudah biasa, namun mengahadapi demo dengan para mantan GAM....hmmm...harus hati2 deh bicaranya.

Mereka tidak masalah dengan kami (kontraktor), sebenarnya mereka kesal dengan janji-janji manis terhadap proses ganti rugi akibat hilangnya mata pecaharian warga Lingke, Tibang dan Alue Naga di NAD, pada pelaksanaan Proyek Drainasi kota Aceh. Kontan saja puluhan warga yang terancam akan hilangnya mata pencaharian tersebut, mengancam akan melakukan demo yang besar jika kontraktor melanjutkan pekerjaannya.

Kami tidak ada masalah dengan kontraktor pekerjaan ini, yang kami masalahkan adalah penyelesaian pemerintah kota dalam merespons keinginan warga terhadap pembayaran ganti rugi tersebut. Jika belum ada kepastian yang bertanggung jawab terhadap pembayaran ganti rugi "Meu Jang", maka dengan terpaksa pekerjaan penimbunan di Krueng Titi Panjang untuk sementara kami hentikan. Sampai masalah ini selesai ", ujar wakil dari pemilik Meu Jang.

Meu Jang adalah jaring/ perangkap ikan yang dipasang secara tradisional oleh warga setempat untuk menjebak ikan yang masuk ke jaring tersebut pada saat air laut mengalami pasang dan surut. Saat air laut pasang, biasanya ikan-ikan tersebut akan terbawa masuk ke arah hulu dari sungai, dan saat air laut mengalami surut, maka ikan-2 tersebut pun akan terseret kembali ke arah hilir dan dengan sendirinya ikan-2 tadi akan terjebak didalam jaring.

Sebenarnya, penggantian 1 buah jaring saja mungkin hanya sekitar Rp. 2 - 3 juta saja, namun karena ini merupakan sumber utama mata pencaharian warga setempat, maka biaya ganti ruginya menjadi sebesar Rp. 350 juta.

Jumlah total Meu Jang yang terdata resmi di Kecamatan ada 7 Meu Jang, sehingga jika di total jendral menjadi Rp. 2,45 Milyard.

Melihat angka yang di klaim kan warga begitu fantastik, tiba2 ada yang meng klaim lagi bahwa masih ada sejumlah 10 Meu Jang lagi yang belum dibebaskan.....(hmmm...pinter juga yaaa, warga dalam mencari kesempatan dalam permasalahan tersebut).

Untung saja, ulah mereka tidak anarkis dan tidak terprovokasi oleh tindakan beberapa orang yang sebenarnya tidak ada urusan dengan meu jang tersebut.

Mereka berujar, " Kami sengaja melakukan demo dengan memakai sarung dan kopiah, karena memang tujuan kami hanya ingin ada perhatian pemerintah terhadap kelanjutan hidup kami ".

Reaksi serupa dilontarkan warga lainnya. “ Kalau memang nggak punya dana untuk membebaskan lahan kita, ya tidak usah dibangun saja proyek ini. Kan tidak ada manfaatnya juga buat kami, malah buat kami susah. Bangun proyek kok bikin susah orang ".

Dia mengatakan awalnya warga sangat mendukung rencana tersebut, namun karena proses ganti rugi yang sampai saat ini masih belum jelas, maka pihaknya kecewa lalu melakukan demo, dan itupun mereka lakukan (sebenarnya) dengan rasa malu.

He he he he....malu kok tetap demo yaaa....nggak apa deh itu hak mereka...yang jelas dari kejadian hari Kamis tgl. 16 September 2010 itu, kamipun segera menarik alat keluar dari lokasi penimbunan tanah dan menghentikan aktifitas di pekerjaan itu.

Niatnya sih pingin nguber progres pekerjaan agar bisa cepet selesai dan segera pulang lagi ke Jakarta...eeh...ternyata adaaaa saja masalah di lapangan.

Sepertinya harus tetap berlatih diri untuk ber " SABAR ".


Salam,
HJK

Kamis, 12 Agustus 2010

Mangkuk tak beralas

Alkisah dijaman Tiongkok kuno, disebuah kerajaan yang sangat megah, tinggallah seorang Raja yang sangat angkuh dan sombong. Dia sangat menginginkan dapat menguasai seluruh permukaan Tiongkok, sehingga tidak ada kepuasan didalam dirinya. Pada suatu pagi yang cerah, Raja bersama pengiringnya keluar dari istananya untuk menikmati udara pagi.

Di keramaian, ia berpapasan dengan seorang pengemis.

Sang raja menyapa pengemis ini : “Apa yang engkau inginkan dari dariku, wahai rakyat ku”. Si pengemis itu tersenyum dan berkata : “Tuanku bertanya, seakan-akan tuanku dapat memenuhi permintaan hamba”. Sang raja terkejut, ia merasa tertantang : “Tentu saja aku dapat memenuhi permintaanmu. Apa yang engkau minta, katakanlah !”. Maka sang pengemis pun berkata : “Hamba menyarankan agar Tuanku berpikir 2 kali, sebelum memenuhi keinginan hamba”.

Ternyata Pengemis itu bukanlah pengemis sembarang, dia adalah dewa yang menjelma menjadi pengemis untuk menguji sang Raja, namun raja tidak menyadari hal itu. Timbul rasa angkuh dan tak senang pada diri raja, karena mendapat nasehat dari seorang pengemis.

“Sudah aku katakan, aku dapat memenuhi permintaanmu. apapun juga ! Aku adalah Raja yang paling berkuasa dan kaya-raya”

Dengan penuh kepolosan dan kesederhanaan si pengemis itu mengeluarkan mangkuk sedekahnya sambil berkata : “Tuanku, hamba hanya minta tuanku mengisi mangkok ini dengan benda yang paling berharga yang pernah dimiliki raja”

Bukan main !

Raja menjadi geram mendengar 'tantangan' pengemis dihadapannya. Segera ia memerintahkan bendahara kerajaan yang ikut dengannya untuk mengisi penuh mangkuk si pengemis tersebut dengan emas ! Kemudian bendahara menuangkan emas dari pundi-pundi besar yang di bawanya ke dalam mangkuk sedekah sang pengemis.

Anehnya, emas dalam pundi-pundi besar itu tidak dapat mengisi penuh mangkuk sedekah tersebut.

Tak mau kehilangan muka di hadapan rakyatnya, sang raja terus memerintahkan bendahara mengisi mangkuk itu. Tetapi mangkuk itu tetap kosong. Bahkan seluruh perbendaharaan kerajaan emas, intan berlian, telah habis dilahap mangkuk sedekah itu. Mangkuk itu seolah tanpa dasar, berlubang.

Dengan perasaan tak menentu, sang raja jatuh bersimpuh di kaki si pengemis , si pengemis pun akhirnya menampakkan wujud aslinya. Begitu terkejutnya Raja melihat sesosok dewa dihadapannya.

“Wahai Raja yang serakah, dengarkanlah kesombongan dan keserakahan duniawi tidak akan habisnya, seperti mangkuk tidak beralas tersebut, berapapun besar harta yang kamu masukkan, akan tertelan didalamnya. Maka jadikanlah kebaikan dan kesahajaan sebagai alas dari mangkuk hidupmu”

Begitu mendengar kata-kata dari sang dewa, sang Raja pun tersadarkan dan berjanji akan menjadi raja yang penuh kebaikan dan kesahajaan.

================================

Kesombongan dan keserakahan merupakan akar yang harus kita cabut, lubang yang harus ditutupi, karena seperti sumur yang dalam.

Kesombongan dan keserakahan tidaklah memiliki dasar. Keinginan membuat manusia terlena dalam keduniawian. Kikis dan tanamlah semua itu dengan sifat murah hati, dan bersyukur terhadap apa yang kita miliki sekarang ini, serta memperbanyak perbuatan baik setiap hari nya.

Semoga, alkisah ini bisa menjadikan bahan renungan yang baik untuk diri kita masing-masing, apalagi dalam bulan Ramadhan ini.


Salam,

HJK

Rabu, 11 Agustus 2010

Selamat Ramadan



Assalamu'alaikum Warohmatullahi Wabarokatuh,

Selamat menunaikan ibadah Puasa,
Ma'af lahir dan bathin dari saya dan keluarga,
jika ada....

Terselip khilaf dalam canda,
Tergores luka dalam tawa,
Terbelit pilu dalam tingkah,
Tersinggung rasa dalam bicara,

Mari saling mema'afkan,
semoga kita tetap bersama dalam
Satu jembatan,
Satu do'a,
Satu tujuan,
dalam menuju Ridho dan Maghfirah allah SWT.

Amin...

Sucikan hati untuk menyambut datangnya Ramadhan.



Salam,
HJK

Sabtu, 31 Juli 2010

Naga Baru


Alkisah, ada seekor Naga sakti yang bersemayam di dalam gua. Setiap kali seorang masuk di dalamnya, pasti mereka tidak bakal dapat keluar lagi.

Berita itupun langsung tersebar luas di seluruh pelosok negri. Semua pendekar sudah mencoba untuk mengalahkannya, namun semua gagal dan tak ada yang keluar dari gua tersebut dengan selamat.

Dan, pada suatu hari, ada seorang Pendekar perguruan silat yang sangat sakti dibujuk oleh murid muridnya untuk masuk kedalam sebuah gua dan mengalahkan seekor naga yang menghuni gua tersebut. Sang murid menceritakan bahwa sudah ratusan pendekar yang masuk dan berusaha membunuh naga tersebut tetapi mereka tak pernah keluar dari gua dengan selamat.

Karena merasa tertantang, maka sang guru pendekar guru tersebut meminta pada muridnya untuk menunjukkan lokasi gua tersebut.

Setelah menghabiskan waktu dalam perjalanan, akhirnya gua yang dimaksud sudah ada dihadapannya.

Setelah membaca mantera-mantera saktinya, masuk lah sang guru pendekar ini kedalam gua, dan dilihatnya sang naga ternyata sedang diam saja, tidak terlihat bahwa naga tersebut mempunyai kekuatan yang sangat tinggi dan sakti.

Ternyata, dugaan sang guru pendekar tadi benar, bahwa naga tersebut tidak sakti. Karena dengan sekali tebasan pedang saja sang naga langsung tersungkur mati.
Setelah berhasil membunuh sang naga yang tidak sakti tersebut, sang pendekar segera melihat sekeliling gua, Ternyata penuh dengan bongkahan emas permata yang kemilau sangat mempesona.

Sang Guru pendekar akhirnya tergiur untuk mengambil beberapa genggam permata untuk oleh-oleh dirinya dan juga diberikan kepada murid-muridnya, sekaligus sebagai bukti bahwa dia telah berhasil mengalahkan sang naga.

Namun apa yang terjadi….????

Begitu sang guru pendekar meraup harta permata tersebut, seketika itu juga sang pendekar guru berubah dan menjelma menjadi seekor naga. Karena merasa malu maka sang pendekar guru akhirnya memilih tetap tinggal di dalam gua, dan menjadi “ NAGA BARU “.
Murid murid diluar gua merasa cemas dan menyangka gurunya telah tewas diterkam sang Naga, padahal gurunya telah menjelma menjadi naga yang baru.

----------------------

Kisah ini sedikit banyak ada kemiripannya dengan para pemegang kekuasaan. Yang semula masih idealis, begitu menjabat biasanya juga sama saja, bahkan kadang kadang lebih buruk dari penguasa yang dicela sebelumnya.
Hmmm…..memang betul demikian kan ya….
H h h……….



Salam,
HJK

Minggu, 11 Juli 2010

Alangkah bahagianya calon suamiku itu......



Semalam, ketika sedang membuka isi hardisk external usang yang sudah fulldisk, saya mencoba menghapus beberapa file yang sudah nggak saya perlukan lagi.Setelah men-delete beberapa file, tangan saya terhenti pada bacaan Renungan kisah tentang pemuda yang bernama Zahid.

Kisah ini saya bacakan, saat saya diminta pertama kali memberikan kultum di Bulan Ramadhan, di depan para jemaah masjid seusai sholat dlohor di masjid Waskita Karya. Sengaja saya membawakan kultum dalam bentuk cerita/ kisah, dengan maksud agar materi kultum tidak membosankan dan monoton. Karena, jika kultum dikemas dalam bentuk cerita/ kisah, biasanya para jama’ah mengikuti alur cerita tersebut.

Sebenarnya, kisah ini saya cuplik dari kisah-kisah tauladan Rasul dan Sahabatnya.

Karena ini merupakan kultum saya yang pertama kalinya, maka saya nggak berani menulis poin-poin nya saja, sehingga saya tulis detail bacaannya, takut salah dan keluar dari alur ceritanya.

Nah, ini materinya, persis dengan yang saya print dan saya bacakan saat itu.

----------------------------------

Kultum, Masjid Waskita 3/10/’06

Bissmillahirrohmaanirrohim

Hadirin Rahimakumullah,
Alhamdulillah hirobbil alamin,
Innalhamdallahi nahmaduhu wanas taiinuh, wanas taghfiruh, wanaudzu billaahi min suruuri anfusinaa, wamin saiaati akmaalina, wamai yahidihilllaahu fala mudilla lah, wamaiyudlil fala haa dzi ya lah.
Asshadu anlaa ilaha illallah, waashadu anna muhammaddan abduhu warasuuluh, salallaahu alaihi wa ala alihi wa ashaa bihi wa sallam, Robbi sohri sodri ……..
amma ba’du :

Judul/ tema yang saya bawa kan kali ini, adalah :
ALLAH DI ATAS SEGALANYA

Hadirin Rahimakumullah,
Alkisah, Pada zaman Rasulullah SAW hiduplah seorang pemuda yang bernama Zahid yang berumur 35 tahun namun belum juga menikah. Dia tinggal di Suffah masjid Madinah. Ketika sedang mengasah dan memperkilat pedangnya, tiba-tiba Rasulullah SAW, datang tanpa diketahui sebelumnya, dan mengucapkan salam ”Assalaamu’alaikum ya Zahid ”, Zahid kaget dan menjawab salamnya dengan agak gugup.
" Wahai saudaraku Zahid, apakah selama ini engkau sendiri saja ? " Rasulullah SAW menyapa.
"Tidak ya Rasulullah, Allah senantiasa bersamaku " kata Zahid.
"Bukan itu maksudku, kenapa selama ini engkau masih membujang saja, apakah engkau tidak ingin menikah ? " kata Rasulullah SAW.
Zahid menjawab, "Ya Rasulullah, aku ini seorang yang tidak mempunyai pekerjaan tetap dan wajahku jelek, siapa yang mau denganku ya Rasulullah? "
" Asal engkau mau, itu urusan yang mudah!" kata Rasulullah SAW.

Kemudian Rasulullah SAW memerintahkan sekretarisnya untuk membuat surat yang isinya adalah melamar seoarang wanita yang bernama Zulfah binti Said, anak seorang bangsawan Madinah yang terkenal kaya raya dan juga terkenal sangat cantik jelita.
Setelah surat tersebut selesai dibuat oleh sekretasisnya, lalu surat tersebut diantarkan ke rumah Zahid, dan kemudian oleh Zahid, dibawa lagi kerumah Said.

Sesampainya di rumah Said, ternyata Said sedang ada tamu. Dengan santun Zahid memberikan salam kemudian memberikan surat tersebut dan diterima di depan rumah Said.
"Wahai saudaraku Said, aku membawakan surat dari Rasul yang mulia diberikan untukmu saudaraku"
Said menjawab, " Adalah suatu kehormatan buatku "

Lalu surat itu dibuka dan dibacanya. Ketika membaca isi surat tersebut, Said agak terperanjat karena tradisi perkawinan di Arab yang selama ini biasanya seorang bangsawan harus kawin dengan keturunan bangsawan dan yang kaya harus kawin dengan orang kaya, itulah yang dinamakan SEKUFU.

Seakan tidak percaya dengan isi surat tersebut, akhirnya Said bertanya kepada Zahid, "Wahai saudaraku, betulkah surat ini dari Rasulullah?"
Zahid menjawab, " Apakah engkau pernah melihat aku berbohong ? ".

Hadirin Rahimakumullah,
Dalam suasana yang membingungkan tersebut, tiba-tiba Zulfah datang dan berkata, " Wahai ayah, kenapa sedikit tegang terhadap tamu ini ?, Bukankah lebih baik disuruh masuk dan berbicara di dalam rumah ? ".
" Wahai anakku, ini adalah seorang pemuda yang sedang melamar engkau, supaya engkau menjadi istrinya " kata ayahnya.

Disaat itulah Zulfah melihat Zahid, kemudian sambil menangis sejadi-jadinya, dia berkata, " Wahai ayah, banyak pemuda yang tampan dan kaya raya semuanya menginginkan aku, aku tak mau ayah ! " dan Zulfah merasa dirinya terhina.

Maka Said berkata kepada Zahid, "Wahai saudaraku, engkau tahu sendiri anakku tidak mau, bukan aku yang menghalanginya dan sampaikan maafku kepada Rasulullah bahwa lamaranmu ditolak."

Mendengar nama Rasul disebut ayahnya, Zulfah berhenti menangis dan bertanya kepada ayahnya, "Wahai ayah, mengapa membawa-bawa nama Rasul?”

Akhirnya Said berkata, "Yang melamarmu ini adalah perintah Rasulullah."

Maka Zulfah istighfar beberapa kali dan menyesal atas kelancangan perbuatannya itu dan berkata kepada ayahnya, "Wahai ayah, kenapa tidak dari tadi ayah berkata bahwa yang melamar ini adalah Rasulullah, kalau begitu segera kawinkan aku dengan pemuda ini. ” Pinta Zulfah pada ayahnya.

Karena ingat firman Allah dalam Al-Qur'an surat 24 : 51. "Sesungguhnya jawaban orang-orang mukmin, bila mereka dipanggil kepada Allah dan Rasul-Nya agar rasul menghukum (mengadili) diantara mereka ialah ucapan ”Kami mendengar, dan kami patuh/taat ”. Dan mereka itulah orang-orang yang beruntung.” (QS. 24:51)

Begitu mendengar penuturan dari Zulfah, saat itu jiwa Zahid terasa melayang ke angkasa, baru kali ini dia merasakan bahagia yang tiada tara dan segera pamit pulang. Sampai di masjid ia bersujud syukur. Rasul yang mulia tersenyum melihat gerak-gerik Zahid yang berbeda dari biasanya, lalu bertanya : "Bagaimana Zahid?"
"Alhamdulillah diterima ya rasul," jawab Zahid. "Sudah ada persiapan?" tanya Rosul kembali.
Zahid menundukkan kepala sambil berkata, "Ya Rasul, saya tidak memiliki apa-apa."
Akhirnya Rasulullah menyuruhnya pergi ke Abu Bakar, Ustman, dan Abdurrahman bin Auf. Setelah mendapatkan uang yang cukup banyak, Zahid pergi ke pasar untuk membeli persiapan perkawinan.

Saat Zahid pergi, Rasulullah SAW menerima berita akan ada penyerangan dari kaum kafir. Lalu Rasul memerintahkan umatnya untuk bersiap-siap.

Singkat cerita,...............
Ketika Zahid sampai di masjid, dia melihat kaum Muslimin sudah siap-siap dengan perlengkapan senjata, Zahid bertanya, "Ada apa ini?"
Sahabat menjawab, "Wahai Zahid, hari ini orang kafir akan menghancurkan kita, apakah engkau tidak mengerti? ".
Zahid istighfar beberapa kali sambil berkata, "Wah kalau begitu perlengkapan kawin ini akan aku jual dan akan kubelikan kuda yang terbagus."
Para sahabat menasehatinya, "Wahai Zahid, nanti malam kamu berbulan madu, tetapi engkau hendak berperang?"
Zahid menjawab dengan tegas, "Itu tidak mungkin!"

Lalu Zahid menyitir salah satu ayat sebagai berikut, "Jika bapak-bapak, anak-anak, suadara-saudara, istri-istri kaum keluargamu, harta kekayaan yang kamu usahakan, perniagaan yang kamu khawatiri kerugiannya dan rumah-rumah tempat tinggal yang kamu sukai, adalah lebih baik kamu cintai daripada Allah dan Rasul-Nya (dari) berjihad di jalan-Nya. Maka tunggulah sampai Allah mendatangkan keputusan-Nya. Dan Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang fasik." (QS. 9:24).

Akhirnya Zahid (Aswad) maju ke medan pertempuran.

Dan singkat cerita dari pertempuran tersebut,.............
Zahid gugur di medan pertempuran/ mati syahid di jalan Allah. Rasulullah berkata, "Hari ini Zahid sedang berbulan madu dengan bidadari yang lebih cantik daripada Zulfah."

Lalu Rasulullah membacakan Al-Qur'an surat 3 : 169-170 dan 2:154). "Janganlah kamu mengira bahwa orang-orang yang gugur dijalan Allah itu mati, bahkan mereka itu hidup di sisi Tuhannya dengan mendapat rizki. Mereka dalam keadaan gembira disebabkan karunia Allah yang diberikan-Nya kepada mereka, dan mereka bergirang hati terhadap orang-orang yang masih tinggal dibelakang yang belum menyusul mereka dan tidak (pula) mereka bersedih hati".(QS 3: 169-170).
"Dan janganlah kamu mengatakan terhadap orang-orang yang gugur di jalan Allah, (bahwa mereka itu) mati, bahkan (sebenarnya) mereka itu hidup, tetapi kamu tidak menyadarinya." (QS. 2:154).

Pada saat itulah para sahabat meneteskan air mata dan Zulfahpun berkata, "Ya Allah, alangkah bahagianya calon Suamiku itu, jika aku tidak bisa mendampinginya di dunia izinkanlah aku mendampinginya di akhirat."

Hadirin Rahimakumullah,
Demikian kisah singkat ini saya sampaikan.
Dari kisah di atas, Mudah-mudahan kita dapat menarik manfaat sebagai bahan renungan buat kita, dan hikmah yang dapat kita ambil tentunya adalah , " Jadikanlah setiap urusan itu hanya untuk mengharapkan ridho dari Allah SWT. Jika adzan telah dikumandangkan, bersegeralah meninggalkan segala atribut yang bersifat duniawi. Menempatkan segala sesuatu secara proporsional dan adil. Untuk Allah adalah di atas segalanya, dan mati sebagai syuhada."

Fastabikul khairat.
Akhirul kalam, alhamdulillahi rabbil 'aalamiin.
Wassalamu’alaikum.wr.wb.


HaJeKa

Kamis, 01 Juli 2010

Xiu Xi Bu Shi Zou Deng Yu Chang De Lu

Kisah Penebang Kayu - Kan Shu De Gu Shi

Alkisah, seorang pedagang kayu menerima lamaran seorang pekerja untuk menebang pohon di hutannya. Karena gaji yang dijanjikan dan kondisi kerja yang bakal diterima sangat baik, sehingga si calon penebang pohon itu pun bertekad untuk bekerja sebaik mungkin.

Saat mulai bekerja, si majikan memberikan sebuah kapak dan menunjukkan area kerja yang harus diselesaikan dengan target waktu yang telah ditentukan kepada si penebang pohon.

Hari pertama bekerja, dia berhasil merobohkan 8 batang pohon. Sore hari, mendengar hasil kerja si penebang, sang majikan terkesan dan memberikan pujian dengan tulus, "Hasil kerjamu sungguh luar biasa! Saya sangat kagum dengan kemampuanmu menebang pohon-pohon itu. Belum pernah ada yang sepertimu sebelum ini. Teruskan bekerja seperti itu."

Sangat termotivasi oleh pujian majikannya, keesokan hari si penebang bekerja lebih keras lagi, tetapi dia hanya berhasil merobohkan 7 batang pohon. Hari ketiga, dia bekerja lebih keras lagi, tetapi hasilnya tetap tidak memuaskan bahkan mengecewakan. Semakin bertambahnya hari, semakin sedikit pohon yang berhasil dirobohkan. "Sepertinya aku telah kehilangan kemampuan dan kekuatanku. Bagaimana aku dapat mempertanggungjawab kan hasil kerjaku kepada majikan?" pikir penebang pohon merasa malu dan putus asa. Dengan kepala tertunduk dia menghadap ke sang majikan, meminta maaf atas hasil kerja yang kurang memadai dan mengeluh tidak mengerti apa yang telah terjadi.

Sang majikan menyimak dan bertanya kepadanya, "Kapan terakhir kamu mengasah kapak?"

"Mengasah kapak? Saya tidak punya waktu untuk itu. Saya sangat sibuk setiap hari menebang pohon dari pagi hingga sore dengan sekuat tenaga," kata si penebang.

"Nah, di sinilah masalahnya. Ingat, hari pertama kamu kerja? Dengan kapak baru dan terasah, maka kamu bisa menebang pohon dengan hasil luar biasa. Hari-hari berikutnya, dengan tenaga yang sama, menggunakan kapak yang sama tetapi tidak diasah, kamu tahu sendiri, hasilnya semakin menurun. Maka, sesibuk apa pun, kamu harus meluangkan waktu untuk mengasah kapakmu, agar setiap hari bekerja dengan tenaga yang sama dan hasil yang maksimal. Sekarang mulailah mengasah kapakmu dan segera kembali bekerja!" perintah sang majikan.

Sambil mengangguk-anggukan kepala dan mengucap terimakasih, si penebang berlalu dari hadapan majikannya untuk mulai mengasah kapak.

"Xiu Xi Bu Shi Zou Deng Yu Chang De Lu"
Istirahat bukan berarti berhenti.

"Er Shi Yao Zou Geng Chang De Lu"
Tetapi untuk menempuh perjalanan yang lebih jauh lagi.

Sama seperti si penebang pohon, kita pun setiap hari, dari pagi hingga malam hari, seolah terjebak dalam rutinitas terpola. Sibuk, sibuk dan sibuk, sehingga seringkali melupakan sisi lain yang sama pentingnya, yaitu istirahat sejenak mengasah dan mengisi hal-hal baru untuk menambah pengetahuan, wawasan dan spiritual. Jika kita mampu mengatur ritme kegiatan seperti ini, pasti kehidupan kita akan menjadi dinamis, berwawasan dan selalu baru!

****************************

Cerita motivasi di atas, memang sering kali terjadi pada diri kita. Bekerja tak kenal waktu, bahkan terkadang, jika kita ditanya ini tanggal berapa ? hari apa ? berpikir sejenak... lalu menjawabnya. Karena, memang kita ini pelupa. .... hmmm ..... mudah-mudahan nggak lupa sama anak dan istri di rumah.

Sebenarnya, jika kita menjalankan ibadah sholat (bagi yang muslim), jeda waktu yang digunakan untuk menjalankan ibadah 5 waktu tersebut merupakan recharge/ pengisian ulang terhadap seluruh energi dan pikiran kita yang sudah kita pergunakan sebelumnya.

Menurut saya pribadi, sih : (ma'af kalo salah)
Sholat Subuh, recharge kembali otot dan fikiran yang mengendur sebelumnya.
Sholat Dlohor, recharge saat energi kita benar-benar terkuras untuk bekerja.
Sholat Ashar, recharge saat kita sudah mulai lemas dan ngantuk.
Sholat Magrib, recharge saat kita kondisi badan sudah mulai malas-malasan.
Sholat Isya', recharge agar tidur kita nyenyak sampai besok bangun subuh lg.

so,...tidak ada alasan, tidak menjalankan sholat 5 waktu....apalagi alasannya capek., banyak pikiran.....wah nggak kena banget.... justru dengan sholat, capek fisik karena bekerja dan capek pikiran karena banyak masalah, semuanya akan hilang. Karena dari proses wudhu yang benar, mendirikan sholat dengan benar, berdiri tegak, rukuk, sujud sampai dengan tahiyat yang benar dan tumakninah, akan menambah energi positif dalam diri. Bahkan,...orang disekitar kitapun akan merasakan energi tersebut.

Nggak percaya ?.... coba sendiri deh.....

Dan, tak jarang saat kita sedang sholat khusyuk, adaaaaa saja jalan keluar dari permasalahan itu muncul tiba-tiba...... ha ha ha.... jd, sholatnya nggak khusyuk doooong......

Yaaa.... itu lah godaan setan.... tp, sering kali terjadi dan saya alami....
Ma'af....namanya juga manusia.....hiks...... :)

Jadi, Intinya adalah :

"Xiu Xi Bu Shi Zou Deng Yu Chang De Lu"
Istirahat bukan berarti berhenti.

"Er Shi Yao Zou Geng Chang De Lu"
Tetapi untuk menempuh perjalanan yang lebih jauh lagi.



Salam,

HJK

Minggu, 04 April 2010

Umar bin Abdul Aziz dan Lilin negara

Seandainya mau jujur, seharusnya para pejabat yang baru dilantik itu serempak mengucapkan Inna Lillahi wa Inna Ilaihi Rajiun, tanda menerima musibah.



Kenapa ? ya, karena dalam perspektif agama, jabatan itu adalah amanah sekaligus ujian atau musibah. Bukan pemberian yang harus dirayakan dengan euforia tawa bahagia. Selain itu, rekan kerja, sahabat, keluarga, dan sejumlah instansi terkait yang memborong space halaman iklan ucapan selamat di sejumlah media massa, mestinya menyematkan ucapan Inna Lillahi wa Inna Ilaihi Rajiun juga, meski mungkin akan dianggap konyol.


--------------------


Hmmm....akhir-akhir ini pemberitaan di Media, diramaikan dengan kasus pajak dan kaitannya. Bagaimana seseorang yang bisa berpenghasilan 25 Milyard, dan kerja baru 5 tahun, siapa saja yang bermain didalamnya ?!?!....saya tidak membahas itu, namun saya jadi teringat kembali cerita tentang " Mangkuk tak beralas " juga " Naga baru ".

Mangkuk tak beralas, menceritakan tentang keinginan manusia yang tidak terbatas, sedangkan Naga baru, menceritakan sifat seseorang jika sudah menduduki suatu posisi pasti lupa diri.




Untuk ke 2 cerita tersebut di atas, lain waktu akan saya tuliskan dalam blog ini sebagai bahan renungan kita semua.


Kali ini, saya ingin menceritakan kisah " Umar bin Abdul Aziz dan Lilin negara ", yang saya dapatkan dari kiriman email teman saya beberapa hari yang lalu.
--------------------
Nah, Siapa yang tak kenal Umar bin Abdul Aziz. Sosok pemimpin adil, arif, lagi berilmu. Banyak kisah teladan yang beliau tinggalkan untuk para peniti kebenaran. Inilah kisah ringkasnya.

Suatu hari datanglah seorang utusan dari salah satu daerah kepada beliau. Utusan itu sampai di depan pintu Umar bin Abdul Aziz dalam keadaan malam menjelang. Setelah mengetuk pintu seorang penjaga menyambutnya. Utusan itu pun mengatakan, "Beritahu Amirul Mukminin bahwa yang datang adalah utusan gubernurnya ". Penjaga itu masuk untuk memberitahu Umar yang hampir saja berangkat tidur. Umar pun duduk dan berkata, "Ijinkan dia masuk".

Utusan itu masuk, dan Umar memerintahkan untuk menyalakan lilin yang besar. Umar bertanya kepada utusan tersebut tentang keadaan penduduk kota, dan kaum muslimin di sana, bagaimana perilaku gubernur, bagaimana harga-harga, bagaimana dengan anak-anak, orang-orang muhajirin dan anshar, para ibnu sabil, orang-orang miskin. Apakah hak mereka sudah ditunaikan ? Apakah ada yang mengadukan ?
Utusan itu pun menyampaikan segala yang diketahuinya tentang kota kepada Umar bin Abdul aziz. Tak ada sesuatu pun yang disembunyikannya.

Semua pertanyaan Umar dijawab lengkap oleh utusan itu. Ketika Semua pertanyaan Umar telah selesai dijawab semua, utusan itu balik bertanya kepada Umar.

"Ya Amirul Mukminin, bagaimana keadaanmu, dirimu, dan badanmu ? Bagaimana keluargamu, seluruh pegawai dan orang-orang yang menjadi tanggung jawabmu ? ". Umar pun kemudian dengan serta merta meniup lilin tersebut dan berkata, "Wahai pelayan, nyalakan lampunya !". Lalu dinyalakannlah sebuah lampu kecil yang hampir-hampir tidak bisa menerangi ruangan karena cahayanya yang teramat kecil.

Umar melanjutkan perkataanya, "Sekarang bertanyalah apa yang kamu inginkan". Utusan itu bertanya tentang keadaannya. Umar memberitahukan tentang keadaan dirinya, anak-anaknya, istri, dan keluarganya.

Rupanya utusan itu sangat tertarik dengan perbuatan yang telah dilakukan oleh Umar, mematikan lilin. Dia bertanya, "Ya Amirul Mukminin, aku melihatmu melakukan sesuatu yang belum pernah Anda lakukan". Umar menimpali, "Apa itu ?".
"Engkau mematikan lilin ketika aku menanyakan tentang keadaanmu dan keluargamu ?".

Umar berkata, "Wahai hamba Allah, lilin yang kumatikan itu adalah harta Allah, harta kaum muslimin. Ketika aku bertanya kepadamu tentang urusan mereka maka lilin itu dinyalakan demi kemaslahatan mereka. Begitu kamu membelokkan pembicaraan tentang keluarga dan keadaanku, maka aku pun mematikan lilin milik kaum muslimin."




----------------------------




Nah, itulah sekelumit cerita bagaimana pemimpin-pemimpin kita yang terdahulu.

Tapi, hari ini...Semakin tahun bertambah, dan bumi pun semakin tua, alam semesta pun semakin keras, tak membuat kita sadar/ takut akan dekatnya hari kiamat dan mempersiapkan diri sebaik-baiknya, sebagai bekal menuju akhirat.


Sesungguhnya, jabatan yang kita terima saat ini adalah musibah atau justru nikmat ?, nah, itu sangat tergantung dari sudut mana kita memandangnya.


" Hati2- jabatan adalah fitnah "






Salam,


HJK