Minggu, 31 Juli 2011

Setan Pencuri Zakat

Pada suatu hari, Abu Hurairah ditugaskan oleh Rasulullah SAW untuk menjaga zakat Ramadhan atau yang dikenal dengan zakat fitrah. Hingga suatu malam, ada seseorang yang mengendap-endap mencuri segenggam makanan. Abu Hurairah segera menangkapnya seraya mengancam, "Nanti akan kulaporkan engkau kepada Rasulullah." Orang itu menjawab, "Sesungguhnya, aku adalah orang yang sangat membutuhkan karena aku mempunyai tanggungan keluarga." Abu Hurairah akhirnya melepaskan orang tersebut.

Esok harinya, Rasulullah SAW bertanya kepada Abu Hurairah, "Apa yang diperbuat oleh tawananmu semalam?" Jawab Abu Hurairah, "Ya Rasulullah, ia mengatakan sangat butuh karena mempunyai tanggungan keluarga. Maka, aku merasa kasihan, lalu kubiarkan dia pergi."Rasulullah SAW menjawab, "Sesungguhnya, orang itu membohongimu. Ia pasti akan kembali lagi."

Perkataan Rasulullah SAW pastilah benar. Ternyata, pada malam harinya, pencuri itu kembali beraksi. Orang itu mengambil segenggam makanan. Abu Hurairah mengintainya dan segera menangkapnya. Abu Hurairah mengancam lagi, "Nanti engkau akan aku laporkan kepada Rasulullah SAW." Orang itu beralasan seperti semula dan berjanji tidak akan mengulanginya. Akhirnya, Abu Hurairah kembali melepaskannya karena kasihan.

Keesokan harinya, Rasulullah SAW bertanya kembali kepada Abu Hurairah, "Wahai Abu Hurairah, apa yang diperbuat tawananmu semalam?" Kembali Abu Hurairah menjawab seperti kemarin. Dan Rasulullah SAW menjawab, "Sebenarnya, ia dusta dan ia akan kembali kepadamu."

Untuk ketiga kalinya, Abu Hurairah mengintainya dan memang benar orang itu datang kembali, lalu mengambil segenggam makanan. Segera Abu Hurairah menangkapnya seraya berkata, "Engkau pasti aku adukan kepada Rasulullah. Ini sudah ketiga kalinya engkau mengatakan tidak akan kembali, tetapi nyatanya engkau tetap kembali." Orang itu berkata, "Lepaskan aku, nanti aku ajarkan kepadamu beberapa kalimat yang Allah akan memberimu manfaat bila engkau membacanya."

Abu Hurairah lantas bertanya, "Apa kalimat itu?"
Jawabnya, "Apabila engkau hendak tidur, bacalah ayat kursi (surah al-Baqarah ayat 255). Maka Allah akan senantiasa menjagamu, sedang setan tidak akan mendekatimu sampai pagi." Setelah itu, dibiarkannya orang itu pergi.

Keesokan harinya, Rasulullah SAW bertanya, "Wahai Abu Hurairah, apa yang diperbuat tawananmu semalam?" Abu Hurairah menjawab, "Ya Rasulullah, dia mengajariku beberapa kalimat yang katanya Allah akan memberi manfaat bila seseorang membacanya. Karena itu, aku melepaskannya."

Beliau bertanya, "Kalimat apakah itu?" Abu Hurairah menjawab, "Ia mengatakan kepadaku apabila engkau hendak tidur, bacalah ayat kursi dari awal hingga akhir. Engkau akan senantiasa dalam penjagaan Allah dan setan tidak akan mendekatimu sampai pagi."

Rasulullah SAW kemudian menjawab, "Sesungguhnya, kali ini, ia benar. Padahal, ia sangat pendusta. Wahai Abu Hurairah, tahukah engkau dengan siapa engkau bercakap-cakap selama tiga malam berturut-turut?" Jawab Abu Hurairah, "Tidak." Kemudian, Rasulullah SAW menjawab, "Dia adalah setan."



Salam,
HJK

Sabtu, 30 Juli 2011

Meugang


Entah sejak kapan tradisi dengan istilah " Meugang " ini mulai mengakar di Aceh.

Jika saya bertanya kepada mereka yang menjalankan tradisi tersebut, jawabannya selalu sama. "Wah...ini sudah tradisi turun temurun...pokoknya sejak dulu lah...kita tinggal meneruskan tradisi tersebut."

Alhamdulillah, semoga tidak menjadi tradisi yang memberatkan sebagian orang yang tidak mampu.

Tradisi Meugang adalah sebuah momen yang dianggap penting di Aceh ini. Dan adanya hanya pada saat sebelum memasuki bulan Ramadhan/ puasa, Hari Raya Iedul Fitri dan juga Hari Raya Iedul Adha.

Tahun lalu ketika saya baru pindah tugas ke Aceh, saya masih belum faham....apa yang harus saya lakukan saat Meugang....dan apa yang dilakukan orang-orang saat melaksanakan Meugang ?....Ngapain aja sih mereka ?....

Dan kesimpulan saya mengatakan (entah salah atau tidak), tapi menurut saya sih...Meugang merupakan bentuk perhatian, kepedulian atau kepekaan seseorang dalam merefleksikan tanggung-jawabnya terhadap orang disekitarnya.

Lingkaran terdekat adalah keluarganya sendiri. Sedangkan, lingkaran terdekat suatu instansi/ perusahaan adalah karyawan nya.

Bentuk perhatian masing-masing individu dan instansi berbeda beda, tergantung dari sumber dana yang dapat dianggarkan untuk tradisi tersebut.

Diberbagai kantor Kecamatan, terlihat perhatian tradisi meugang diberikan dalam bentuk bingkisan berisi Sirop, beras, dan mie instan.

Namun di instansi lainnya, tampak ada yang berbagi amplob sebagai pengganti pembelian daging sapi 2 kg - 4 kg.

Lebih detail lagi....sebenarnya, Meugang itu identik dengan tanggung jawab seorang suami terhadap keluarganya.

Jadi, Seorang laki-laki yang sudah dewasa dan mandiri, diharuskan membawa pulang minimal 2 kg daging sapi saat Meugang yang diberikan untuk orang tuanya.
Jika seorang laki-laki tersebut sudah berkeluarga, dia harus membawakan minimal daging sebanyak 4 kg. Namun jika mampu, sebaiknya minimal 6 kg terdiri dari Keluarga sendiri 2 kg, Orang tua 2 kg dan Mertua 2 kg.

Pemberian bingkisan tradisi meugang tersebut, biasanya diberikan 2 hari sebelum memasuki bulan puasa. Dan biasanya pula, mereka yang menjalankan tradisi tersebut izin tidak masuk kerja di hari pertama Puasa. (seperti sekolah anak saya ketika dia masih SD, hari pertama puasa diliburkan)

Hmmm....ada-ada saja....seharusnya, kalo memang sudah menjadi tradisi, buat saja Perda untuk libur bersama...sehingga pelaksanaan Meugang menjadi kompak dan terasa khidmat.



Salam,
HJK