Senin, 21 Desember 2009

ESQ Parenting # 3

(kak Izam n dek Nadya, usai mengikuti ESQ)

Nambah lagi ya, ini catatan ESQ Parenting bagian akhir.

Yang saya tahu dari pelatihan tersebut, ada istilah neuron di dalam otak kita. Neuron itu terbentuk secara bertahap dari saat kita masih kecil. Neuron dalam otak sangat berperan dalam pembentukan diri setiap anak.

Untuk membangun neuron diawal tahun kehidupan anak, peran orang tua sangat penting dalam menyusui dan memberikan rasa aman pada anak. Juga memberikan kesempatan pada anak untuk bereksplorasi dengan panca inderanya. Jika eksplorasi anak dihambat, maka neuron tersebut akan tersendat/ terhenti dan tidak terbangun sambungannya. Jadi, kita sebagai orang tua, dituntut untuk selalu mendampingi serta mengarahkan eksplorasi sang anak. Agar tujuan yang diharapkan terhadap sang anak nantinya dapat sesuai yang diharapkan.

Jika eksplorasi sang anak terarah secara baik, maka neuron akan berkembang dan membentuk jaringan baru secara bertahap, sejalan dengan pengalamannya yang memperbanyak sambungan neutron otaknya.

Ummu Al Fadhl bercerita :
" Suatu ketika aku menimang bayi. Kemudian Rasulullah mengambil bayi itu lalu menggendongnya. Saat digendong, bayi itu pipis dan membasahi pakaian Rasulullah. Segera saja kurenggut bayi itu secara keras (kasar) dari gendongan Rasulullah. Beliaupun menegurku : “ Pakaian yang basah ini dapat dibersihkan oleh air, tetapi kekeruhan jiwa dalam jiwa sang anak akibat renggutanmu yang kasar itu tidak dapat dibersihkan “. (HR. Bukhari).

Apa yang bisa dilakukan oleh orang tua :

  1. Anak diberi kepercayaan untuk berani mencoba dan mampu mandiri.
  2. Anak didorong untuk berinisiatif dan diberi kepercayaan untuk puny ide.
  3. Anak diberi kepercayaan untuk bertanggung jawab dan bekerja.

Akibat orang tua tidak mengerti bahwa cara berpikir anak berbeda dengan orang tuanya :

  1. Jika orang tua mengabaikan, anak merasa tidak aman dan tidak percaya.
  2. Jika orang tua menyalahkan, anak merasa ragu dengan dirinya.
  3. Jika orang tua menghina, anak merasa bersalah.
  4. Jika orang tua menyepelekan, anak merasa rendah diri.

Dalam sebuah riwayat,
Seorang perempuan miskin datang menemuiku, kata Aisyah r.a. Dia membawa ke 2 anak perempuannya. Aku memberinya 3 butir kurma. Lalu dia memberi 2 butir kepada anaknya. Ketika dia akan memakan kurmanya, ke 2 anak tersebut bermaksud merebutnya sehingga kurma itu pun terjatuh dari tanganya. Akhirnya, perempuan itu tidak jadi makan kurma satu butirpun. Aku terpesona melihat perilaku perempuan itu ".
Aku ceritakan peristiwa itu pada Rasulullah, dan bersabda : “ Barang siapa yang mendapat ujian atau menderita karena mengurus anak-anaknya, kemudian ia tetap berbuat baik padanya, maka anak-anaknya akan menjadi penghalang baginya dari siksa neraka “.

Orang tua bisa membantu anak agar dapat berbakti dengan :

  1. Menerima usaha anak walaupun sedikit.
  2. Memaafkan kekeliruan anak.
  3. Tidak membebani anak dengan beban yang berat.
  4. Tidak memaki anak dengan makian yang melukai hati.

Anak dididik untuk menghadapi ujian hidup :

  1. Anak akan melewati tahap-tahap perkembangannya sebagai ujian yang akan membuatnya meningkatkan kemampuan dirinya.
  2. Anak dan orang tua perlu mengetahui kesulitan atau ketidaknyamanan yang dihadapi anak adalah sarana meningkatkan kemampuan dan derajat diri mereka.


Salam,
HJK

Minggu, 20 Desember 2009

ESQ Parenting # 2

(usai mengikuti ESQ, bersama de' Nadya)

Eh sahabat, tahu nggak ?....enggak dong, kan belum di tanya atau diberitahu…h h h…

Pendidikan anak sejak dini yang terbaik adalah semasa anak di dalam kandungan.
Lho..kok dalam kandungan ? ya…sesungguhnya, pendengaran janin itu sudah mulai timbul sejak usianya 16 minggu.

Menurut Dr. Hanny R “ Struktur telinga janin sempurna pada usia 24 minggu, akan tetapi pendengaran sudah mulai timbul pada usia 16 minggu “.

Nah lho…gimana saat istri kita hamil dulu ya ? pernahkah kita marah dan membuatnya sedih ? Seringkah kita ajak janin kita berbicara ?

Jadi, saat hamil, ketika ibu sholat, janin belajar bahwa tempatnya berdiam selalu bergerak di waktu-waktu tertentu, seperti saat rukuk maupun sujud. Janinpun mendengarkan gemericik air wudhu yang mengalir dalam waktu yang teratur, sehingga dia merasa tenang dan belajar tentang ritme yang terjadi pada waktu-waktu tertentu tersebut.

Tindakan mengusap2 perut istri, itupun dapat membuat janin merasa senang dan tenang. Jika istri merasa nyaman dan aman, sang janin pun merasakannya. Perasaan tidak senang/ jengkel yang dipendam oleh istri terhadap suaminya pun dapat dirasakan oleh sang janin.

Jadi, segala yang dirasakan oleh panca indera sang ibu, dirasakan juga oleh sang janin. Tidak sedikit, biasanya ibu mencari kesibukan, entah memasak, olah raga/ senam, rekreasi, dan juga meng” khatam ” kan qur’an, untuk mencari ketenangan bathin bagi diri dan janinnya.

Menurut, HR. Bukhori :
Sesungguhnya bahan-bahan untuk membentuk kalian (sel sperma dan satu telur) disatukan dalam perut-perut ibu kalian dalam waktu 40 hari, kemudian Allah menjadikannya segumpal darah dalam waktu 40 hari, setelah itu segumpal darah tadi dibentuk menjadi segumpal daging dan memakan waktu selama 40 hari juga. Selanjutnya Allah mengutus Malaikat yang akan menentukan 4 hal, yakni : mengenal rezekinya, kematiannya, bagaimana kehidupannya kelak, dan apakah dia termasuk golongan orang-orang yang bahagia ataukah termasuk orang yang sulit, satelah itu ditiupkanlah kepada janin tersebut ruh “.

(bersama mengembangkan potensi ESQ)

Nasihat Luqman pada anaknya : (Lukman : 12 – 19)

  1. Bersyukur/ berterima kasih kepada Tuhan dan orang tua.
  2. Mengakui Allah dan tidak menyembah yang lain.
  3. Berbuat baik kepada orang tua, walaupun mereka tidak beriman.
  4. Selalu berbuat baik karena yakin Allah akan membalasnya.
  5. Mendirikan sholat dan sabar.
  6. Mengajak kepada perbuatan kebaikan dan mencegah keburukan.
  7. Tidak sombong.
  8. Menjadi orang yang santun.



Salam,
HJK

Sabtu, 19 Desember 2009

ESQ Parenting # 1

(Mata sembab habis menangis seharian)

Subhanallah…banyak hal yang harus kita ketahui tentang pendidikan anak sejak dini. Pelatihan ESQ Parenting oleh Ary Ginanjar, kira-kira dapat saya simpulkan sebagai berikut…tapi, saran saya sebaiknya ikut pelatihan langsung aja deh….

Mungkin tanpa kita sadari, bahwa selama ini sikap dan perilaku kita di dalam keluarga justru dapat menjadi penghambat potensi/ kreatifitas/ kemampuan/ pola pikir anak.

Sebenarnya, anak yang tidak mengerti pola pikir kita, ataukah kita yang tidak bisa memahami pola pikir anak kita ? Seberapa besar kita sudah memperkenalkan mereka pada Tuhannya melalui hal-hal sederhana yang ada disekitarnya ? Ada waktukah kita untuk mereka ? Seringkah kita memberikan contoh tauladan yang baik untuk mereka ? dan masih banyak pertanyaan lainnya untuk kita sebagai orang tua…dan juga mereka yang akan menikah.

Pelatihan ESQ Parenting, bukan saja diperuntukan orang tua ataupun calon orang tua, tetapi bagi siapa saja yang ingin mengenali dan mengeluarkan potensi fitrah manusia yang luar biasa. Materi pelatihan tersebut memandu peserta mengarungi sebuah pengalaman emosi dan spiritual yang akan menggugah pemahaman orang dewasa terhadap anak….h h h, sedikit promosi, karena menurut saya ini sangat penting jika kita menghendaki nantinya terwujud generasi yang Cerdas Spiritualnya, Emosionalnya dan Intelektualnya.

Setelah mengikuti pelatihan, kita pasti akan merasa bersalah terhadap pendidikan anak sebelumnya…kalo anak sudah terlanjur besar, yaaa…kita istighfar aja deh, semoga ketidaktahuan kita, tidak berefek terhadap eksplorasi / pola pikir anak di masa depannya…kan kita tidak tahu, mudah2an di ma’afkan…h h h.

Dan sebenarnya, keberadaan mereka adalah guru yang baik untuk kita. Guru dalam hal kesabaran, ketekunan dan kesungguhan dalam mencari rezeki yang halal, juga dalam hal lainnya.

Intisarinya, kita harus mampu mendidik anak2 kita, agar :

  1. Mampu mengenal dan mengabdi kepada Tuhan-nya.
    Tidak Aku ciptakan jin dan manusia kecuali untuk mengabdi kepada-Ku “ (Adz Dzaariyaat : 56). "
  2. Mampu memenuhi perjanjian Ruh.
    Bukankan Aku ini Tuhanmu ? benar, kami bersaksi “ (Al A’raaf : 172).
  3. Mampu menjadi Khalifah.
    Aku hendak menjadikan khalifah di bumi….” (Al Baqarah : 30).
  4. Mampu menghadapi ujian kehidupan.
    Kami akan mengujimu dengan keburukan dan kebaikan sebagai cobaan (yang sebenar-benarnya) “.
  5. Mampu mempertanggung-jawabkan segala perbuatannya kepada Tuhan-nya.
    Apakah manusia mengira bahwa dia akan dibiarkan begitu saja (tanpa pertanggung-jawaban) “.

Salam,
HJK

Selasa, 08 Desember 2009

Menjadi fitnah dan musuh

(berkumpul dengan para pensiunan)

Berkumpul dengan komunitas/ teman yang sudah pensiunan/ tua, membuat saya merasa paling muda. Banyak hikmah yang dapat saya petik dari mereka. Cerita tentang pengalaman hidupnya, istri, anak serta sahabatnya yang lain, membuat saya bertafakur/ merenungi sisa perjalanan hidup ini.

Jika berkumpul, biasanya saya banyak bertanya tentang perjalanan hidupnya. Setelah bertanya, saya lebih banyak mendengarkannya. Karena saya ingin menjadi pendengar yang baik untuk mereka.

Umumnya, mereka lebih banyak membicarakan masalah anak2 nya yang sudah besar, bekerja, menikah, mempunyai cucu dan lain-lain. Ada yang menyenangkan (patut untuk ditiru) dan ada juga yang menyedihkan (menjadi pelajaran), sehingga mampu menjadi bekal untuk mendidik anak2.

Intinya adalah “ Agama “….ya, “ tanamkan agama sejak dini “ pada anak2 kita. Agama merupakan pondasi utama atau pedoman dalam menjalani kehidupan. Karena di dalam agama sudah termasuk didalamnya pelajaran mengenai kejujuran, berpikiran positif dalam meraih masa depan, disiplin, tanggung-jawab, kerja-sama, adil, budi pekerti/ sopan-santun, dan lain sebagainya.

Mengajarkan pentingnya agama pada anak2 harus dibiasakan sejak dini dalam keluarga, supaya nanti menjadi kebiasaan yang berbuah budaya dalam kehidupannya kelak. Tentunya “ mulai dari diri sendiri, mulai dari hal-hal yang kecil, dan mulai dari saat ini “….ha ha ha…meniru slogannya A’ak Gym.

Ketika anak2 masih kecil (mungkin sampai dengan kelas 3 SMP), kita masih mampu untuk mengontrol dan mengawasi mereka. Namun begitu mereka menginjak dewasa (SMA sampai dengan berkeluarga/ bekerja), kita sudah tidak mampu lagi untuk mengawasinya. Namun jika pondasi agama sudah tertanam dalam qolbu, insyaAllah mereka akan senantiasa merasa terus diawasi. Bukan oleh kami sebagai orang tua, tetapi karena perasaan “ Ihsan “ – Merasa selalu melihat Allah atau merasa selalu diperhatikan Allah.

Telah difirmankan di dalam al qur’an, bahwa nikmat keberadaan harta, istri dan anak akan menjadi fitnah/ musuh jika tidak mampu mengendalikannya, kecuali yang tetap berpegang teguh pada iman serta melakukan amalan-amalan yang kekal dan shaleh. Jika tidak, justru akan menjerumuskan seorang hamba dalam kerugian/ kebinasaan.

Allah Subhanahu wa Ta’ala mengingatkan dalam firman-Nya,Harta dan anak-anak adalah perhiasan kehidupan dunia, tetapi amalan-amalan yang kekal dan shaleh adalah lebih baik pahalanya di sisi Tuhanmu serta lebih baik untuk menjadi harapan ”. (Qs.al-Kahfi: 46)

Hai orang-orang yang beriman, sesungguhnya di antara isteri-isterimu dan anak-anakmu ada yang menjadi musuh bagimu, maka berhati-hatilah kamu terhadap mereka “ (Qs. At-Taghaabun:14)

Arti kata “ musuh ” di sini adalah hal-hal yang dapat melalaikan kita dari ibadah/ perbuatan amal shaleh. Sehingga dapat menjerumuskan kita ke dalam perbuatan maksiat kepada Allah SWT.

Syaikh Abdurrahman as-Sa’di menafsirkannya, “..…karena jiwa manusia memiliki fitrah untuk cinta kepada istri dan anak-anak, maka (dalam ayat ini), Allah Swt memperingatkan hamba-hamba-Nya agar (jangan sampai) kecintaan ini menjadikan mereka menuruti semua keinginan istri dan anak-anak mereka dalam hal-hal yang dilarang dalam syariat. Dan Dia memotivasi hamba-hamba-Nya untuk (selalu) melaksanakan perintah-perintah-Nya dan mendahulukan keridhaan-Nya ”.

Ya….Alhamdulillah, semua saya dapatkan seakan mengalir begitu saja tanpa disengaja, tetapi saya yakin ini adalah anugerah/ hidayah dari Allah yang disampaikan melalui orang2-tua tadi. Tinggal kita mau menjadikan pelajaran atau mengabaikannya. Karena sesungguhnya anugerah/ hidayah itu dihamparkan begitu luas oleh Allah di muka bumi ini, bagi siapa saja yang ingin meraihnya.

ROBBANA HAB LANA MIN AZWAJINA WA DZURRIYATINA QURROTA A’YUN, WAJ’ALNA LILMUTTAQINA IMAMAA

“ Wahai Robb kami, karuniakanlah pada kami dan keturunan kami serta istri-istri kami penyejuk mata kami. Jadikanlah pula kami sebagai imam bagi orang-orang yang bertakwa. “ (QS. Al Furqon:74)

(dimanapun berada, selalu ada hikmah yang dapat diraih)



Salam,
HJK


Selasa, 01 Desember 2009

Rekaman tragedi ibadah haji

Alhamdulillah…sampai dengan selesainya Nafar Tsani ibadah haji tahun ini, tidak ada korban di Jamarot-Mina akibat berdesakannya jamaah yang ingin melakukan pelemparan Jamarot. Semoga semua jama’ah haji yang kembali ke tanah airnya, menjadi haji yang mabrur dan janji Allah mendapatkan Surga-Nya dapat diraih….Amien.

(haji thn. 2006-2007)

Namun, ketika mengingat kembali tragedy ibadah haji tahun 1990, hati saya langsung berucap “ innalillahi wa innailaihi rojiun “ . Tragedy di Mina 1990 itu telah mencatat menewaskan 1.426 jama’ah. Jumlah paling besar diantara tragedi haji tahun lainnya dan kebanyakan korbannya dari Asia.


Pada tahun 1990 itu, saya bersama ke 2 orang-tua termasuk jama’ah haji yang berada di Mina yang menuju Jamarot. Hanya saja, atas ijin Allah, tenda kami di Mina letaknya lebih dekat ke arah Jamarot, sehingga tidak melewati terowongan.


(haji thn. 2006-2007)

Beberapa tragedy haji biasanya terjadi pada saat jam-jam yang “ afdhol “. Saat itu, terowongan Mina hanya ada 1 buah yang digunakan untuk 2 jalur. Jadi, jalan keluar dan masuk orang yang menuju jamarot dan yang kembali pulang saling berdesakan. Meninggalnya Jama’ah saat itu karena terperangkap dalam terowongan, terinjak dan kehabisan oksigen.


Akibat dari kejadian itu, pemerintah Arab Saudi langsung membangun terowongan Mina tambahan. Saat ini terowongan Mina ada 2 buah, sehingga jamaah haji dapat berjalan 1 arah saja dalam tiap terowongan.


(jalan 1 arah menuju Jamarot thn. 2006-2007)

Berikut rekaman tahunan tragedy ibadah haji dari sejak tahun 1975, sebagai bahan renungan :

Desember 1975 : 200 jamaah tewas di dekat kota Makkah setelah sebuah pipa gas meledak dan membakar sepuluh tenda.

4 Desember 1979 : 153 jamaah tewas dan 560 lainnya terluka setelah petugas keamanan Arab Saudi yang dibantu tentara Perancis mencoba membebaskan Masjidil Haram yang disandera sekelompok militan selama dua minggu.

31 Juli 1987 : 402 jamaah tewas, 275 diantaranya dari Iran, setelah ribuan jamaah Iran yang melakukan demonstrasi mendapat perlawanan fisik dari keamanan Arab Saudi. Akibat dari insiden itu Arab Saudi memutuskan hubungan diplomatik dengan Iran, yang akhirnya tidak mengirimkan jamaahnya ke Makkah hingga tahun 1991.

10 Juli 1989 : 1 jamaah tewas dan 16 terluka akibat penembakan didalam Masjidil Haram. Akibatnya 16 orang Kuwait yang melakukan penyerangan dihukum tembak mati.

15 Juli 1989 : 5 jamaah asal Pakistan tewas dan 34 lainnya terluka akibat insiden penembakan oleh sekelompok orang bersenjata di perumahan mereka di Makkah.

2 Juli 1990 : 1.426 jamaah tewas kebanyakan dari Asia akibat terperangkap didalam terowongan Mina.

24 Mei 1994 : 270 jamaah tewas akibat saling dorong dan injak di Mina.

7 Mei 1995 : 3 jamaah tewas akibat kebakaran di Mina.

15 April 1997 : 343 jamaah tewas dan 1.500 lainnya terluka karena kehabisan nafas karena terjebak didalam kebakaran tenda di Mina.

9 April 1998 : 118 jamaah tewas karena berdesak–desakkan saat pelaksanaan lontar jumroh.

5 Maret 2001 : 35 jamaah tewas serta puluhan lainnya luka – luka karena berdesak – desakan di Jammarat.

11 Febr 2003 : 14 jamaah tewas di Jumrotul Mina – 6 diantaranya wanita.

1 Febr 2004 : Sebanyak 251 jamaah tewas selama pelaksanaan lontar jumrah.

23 Jan 2005 : 29 jamaah tewas akibat banjir terburuk dalam 20 tahun terakhir di Madinah.

5 Jan 2006 : Sebanyak 76 tewas akibat runtuhnya sebuah penginapan al-Rayahin di jalan Gaza, sekitar 200 meter sebelah barat Masjidil Haram.

12 Jan 2006 : Sedikitnya 345 jamaah tewas di Jamarot selama pelaksanaan lontar jumrah. Insiden ini terjadi pada pukul 15.30 waktu setempat usai shalat dzuhur, setelah jutaan jamaah saling berdesak–desakkan di pintu masuk sebelah utara lantai dua Jamarot.



Salam,

HJK