Sabtu, 08 Agustus 2009

Robohnya kemusyrikkan

Entah bagaimana ceritanya, Sendang Husada yang dulu hanya sekedar sumber mata air, sampai dengan saat ini menjadi tempat pemujaan/ ritual untuk warga disekitar sendang dan luar daerah. Sendang Husada ini konon dibangunnya bersamaan dengan dibentuknya desa gedawang. Ketika saya tanyakan tahun berapa dibangunnya sendang tersebut, tidak ada seorangpun yang mengetahuinya dengan pasti. Menurut cerita mereka sih sudah turun temurun ratusan tahun.

Sendang Husada atau Sendang Gedawang (sebutan orang asli desa Gedawang), akhirnya “ Hari ini dirobohkan “. Proses merobohkannya cukup panjang, karena lokasi tersebut sudah terlanjur menjadi legenda warga yang mempercayainya. Dalam beberapa kali pertemuan, kami selalu menjadi serbuan amarah dari warga Gedawang. Karena menurut mereka, saat tim pembebasan lahan mulai sosialisai, sesuai kesepakatan awalnya Sendang tersebut tidak akan terkena jalan tol, sehingga inilah yang selalu mereka ungkit-ungkit. Mereka tetap pada pendiriannya, bahwa Sendang Husada tidak boleh dipindahkan karena memiliki nilai historis, mitos dan disakralkan bagi warga gedawang.

Pada pertemuan ke 4, kami melibatkan tim pembebasan tanah (TPT). Saat itu warga mengajukan biaya ganti rugi sebesar Rp. 250 juta dan dibuatkan sendang pengganti, tetapi dari sumber air yang sama. Namun, pihak TPT selaku wakil dari pemerintah hanya menyediakan biaya Rp. 25 juta untuk biaya bangunannya saja, karena tanah tersebut adalah milik pemerintah. Harga yang diberikan oleh TPT hanya harga bangunan, sama dengan sendang-sendang yang lainnya dan tidak ada istilah yang dikeramatkan segala.


Ya, sudah dapat ditebak bahwa akhir dari pertemuan itu tidak ada titik temunya. Dan kamipun pulang dengan hasil yang masih belum saling dapat menerima.

Sebulan kemudian setelah pertemuan tersebut, kami mendapatkan informasi bahwa warga Gedawang sudah mulai melunak. Kamipun mulai memanfaatkan waktu untuk bernegosiasi secara langsung dengan pemuka desa Gedawang dengan mendatangi rumahnya.

Dan, Alhamdulillah….akhirnya, kami semua bersyukur pada hari ini pohon Sendang Husada sudah mulai kami robohkan. Berikutnya tinggal bangunan sendangnya saja yang akan kita bongkar.

Rasa syukur yang paling utama dalam pelaksanaan pembongkaran ini adalah “Robohnya kemusyrikkan”, yang sudah beratus-ratus tahun dijalani oleh warga Gedawang dan luar daerah.

Salam,
HJK



Foto di atas adalah “Ubo rampe”, yang diperlukan untuk pemindahan “penunggu”nya terlebih dahulu…?!?!
  • QS Ar-Rum 31-32 : Janganlah kamu termasuk orang-orang yang mempersekutukan Allah yaitu orang-orang yang memecah-belah din mereka dan mereka menjadi beberapa golongan. Tiap-tiap golongan merasa bangga dengan apa yang ada pada golongan mereka.
  • LAHAULA WALA QUWATA ILLA BILLAH HIL ALIYIL A’ZIM.
    Tiada Kekuatan dan Daya Melainkan dari Allah yang Maha Tinggi lagi Maha Mulia.

1 komentar:

  1. Assalamualaikum
    pak maaf boleh tidak tulisana bapak yang ini saya copy paste, karena saya orang gedawang ,waktu jalan tol semarang-solo dibuat saya masih kelas tujuh smp, sekarang saya sudah semester lima, mau saya buat dokumentasi pribadi,
    mohon maaf apabila terdapat kata yang tidak berkenan,trimakasih
    wassalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh

    BalasHapus