Rabu, 26 Agustus 2009

Prasangka

Momen ramadhan ini, tepat kiranya bagi kita untuk lebih sering/ selalu ingat mengingatkan dan menasehati dalam hal kebenaran dan kesabaran.

Sebagaimana Al qur'an surat Al Ashr 1 - 3 :

وَالْعَصْرِ (1) إِنَّ الْإِنْسَانَ لَفِي خُسْرٍ (2) إِلَّا الَّذِينَ آَمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ وَتَوَاصَوْا بِالْحَقِّ وَتَوَاصَوْا بِالصَّبْرِ (3)

“Demi masa, sesungguhnya manusia itu benar-benar dalam keadaan merugi (celaka), kecuali orang-orang yang beriman, beramal shalih, saling menasehati dalam kebenaran, dan saling menasehati dalam kesabaran.”

Dalam bermasyarakat dan bekerja, seringkali tanpa disadari kita berfikir under-estimated/ berpikiran negatif terhadap apa saja yang secara dzohir tidak cocok dengan diri kita tanpa melihat detail permasalahannya terlebih dahulu. Inilah yang terkadang membawa dampak merugi pada diri kita sendiri. Kalau sudah terbisa dengan perilaku yang demikian, maka sulit bagi diri untuk berpikir positif/khusnudzon, berbaik sangka Sang Maha Kuasa Allah SWT terlebih lagi dengan sesama manusia.

Berfikiran positif dapat juga ditujukan pada diri sendiri. Apa yang anda inginkan dan fokus terhadap apa yang anda pikirkan dapat membawa dampak yang baik. Ingat, diri anda adalah medan maghnet yang sangat besar. Ketika apapun yang anda inginkan dan diperjelas didalam benak anda, maka segala sesuatu yang anda pikirkan akan menarik ke medan anda. Karena anda adalah apa yang anda pikirkan, anda adalah medan maghnet pikiran anda sendiri. Sehingga apa yang terlepas dalam benak anda, maka semua akan terpantul pada diri anda sendiri, karena anda medan maghnetnya. Anda akan menjadi medan maghnet yang semakin kuat, karena anda menambahkan kekuatan iman, keyakinan dan ilmu pengetahuan (itu menurut buku the Secret yang saya baca).

Jadi tugas kita adalah menjaga dan memelihara pikiran-pikiran kita agar tetap selalu khusnudzon terhadap Allah, orang lain dan juga diri sendiri.

############

Berbicara masalah pikiran/ prasangka, Saya teringat pada salah suatu kisah sufi yang sangat mengesankan.

Ceritanya tentang : Seorang alim dan seorang pelacur.

Dikisahkan, seorang alim yang bertetangga dengan seorang pelacur. Setiap kali orang alim ini memandang rumah sang pelacur, dalam pikirannya yang terbayang/ terlintas adalah sang pelacur itu pasti selalu melakukan perbuatan mesum. Prasangka buruk itu selalu terlintas dibenaknya setiap kali dia teringat akan si pelacur tersebut. Prasangka itu sudah merasuk kedalam jiwanya, sehingga dia sangat membenci dan jijik dengan pelacur tersebut. Ingin rasanya dia mengusir dari samping rumahnya, namun dia sangat dikenal sebagai orang yang bijak dan adil dalam mengambil keputusan. Sehingga keputusan untuk mengusir dari samping rumahnya dibatalkan karena takut dinilai masyarakat dia tidak bijak dalam memutuskan.

Namun sebaliknya, Jika sang pelacur melihat rumah orang alim tadi, hatinya selalu bergejolak dan bergetar. Penyesalan dan tangisan yang mendalam selalu tersimpan dalam hatinya. Batinnya selalu berdo’a :


“ Betapa Mulianya Engkau ya Allah, memiliki hamba yang alim dan bijaksana seperti tetanggaku ini, sementara aku bergelimang dengan lumuran dosa. Dia menjadi orang yang disegani dan dihormati dengan masyarakat. Banyak orang dari berbagai pelosok berkunjung ke rumahnya, menimba ilmu serta memohon do’a restu darinya. “


“ Ya Allah, aku sangat ingin seperti dirinya, hidup terhormat, disegani dan jauh dari dosa serta perbuatan maksiat. Ya Allah, tunjukkan aku pada jalan-Mu yang benar, mudahkanlah keinginanku ini, dan janganlah Engkau biarkan aku dalam keadaaan tersesat seperti ini. “


Demikianlah pikiran dari sang pelacur tadi. Setiap hari jika sang pelacur ini melihat rumah tetangganya, dia selalu berdo’a dan selalu berpikiran baik untuk dirinya. Dia sangat kagum, takjub, senang dan bangga terhadap perilaku seorang yang alim tadi. Namun prasangka seorang yang alim tadi justru sebaliknya, dia semakin geram dan benci saja dengan tetangganya tersebut.


Pendek cerita, tibalah hari pembalasan.

Orang alim tersebut diseret oleh malaikat ke pintu neraka. Dia protes “ Kalian pasti salah, coba buka kembali catatan amal dan ibadahku selama ini “. Malaikatpun membuka dan membacakannya, “ Betul sekali engkau tercatat sebagai seorang yang saleh dan alim. Buku ini penuh dengan rekaman amal dan kebajikanmu. Tetapi satu hal yang membuat Allah murka dan tidak ridha denganmu, engkau selalu melihat orang lain dengan prasangka burukmu. Contoh nyatanya, seorang pelacur tetanggamu, selalu kau lihat dengan penuh kebencian dan tanpa belas kasihan sedikitpun. Lupakah engkau bahwa Allah menciptakan surga dan neraka untuk hambanya. Dia yang lebih berhak menentukan hambanya ditempatkan pada Surga atau Neraka “.


Sementara disisi lain, seorang pelacur tadi justru diantarkan malaikat menuju pintu Surga. Dia pun protes seperti halnya seorang yang alim tadi, “ Apakah kalian tidak salah dalam membaca catatan amal ibadahku ?, sepertinya aku tidak tepat di tempatkan di Surga. Bukankah saya lebih banyak berbuat dosa dan maksiat selama di dunia ? “. Lalu malaikat menjawab, “ Ada satu hal kecil yang nampaknya sepele tapi sering diabaikan manusia, justru itu yang membuat Allah ridha dengan perilaku hambanya. Engkau selalu menaruh harapan yang baik kepada Allah dan selalu Khusnudzon terhadap sesama manusia. Ketahuilah Allah menciptakan Surga dan neraka untuk hambanya yang terpilih. Dialah yang lebih berhak untuk menentukannya. “


Kisah sufi ini menginspirasikan kita sebagai hamba yang hina tentang perlunya selalu berpikir dan memiliki harapan yang baik kepada Allah. Sebagaimana pesan Al qur’an dan alhadits : “ Jangan pernah berputus asa dari rahmat Allah, Ana inda dzanni abdibi (aku mengikuti prasangka hamba-Ku). “ Maksudnya, jika kita memiliki pengharapan yang baik kepada Allah, niscara Allah akan memberikan harapan yang baik pula kepada kita, namun jika kita berfikir sebaliknya, maka keburukanpun yang akan kita dapatkan. “


Salam,

HJK


  • Janganlah beribadah karena pamrih, termasuk pamrih untuk mendapatkan surga.
  • Lakukanlah amal dan ibadah semata-mata hanya mengharapkan ridha dari Allah SWT.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar