Minggu, 11 Juli 2010

Alangkah bahagianya calon suamiku itu......



Semalam, ketika sedang membuka isi hardisk external usang yang sudah fulldisk, saya mencoba menghapus beberapa file yang sudah nggak saya perlukan lagi.Setelah men-delete beberapa file, tangan saya terhenti pada bacaan Renungan kisah tentang pemuda yang bernama Zahid.

Kisah ini saya bacakan, saat saya diminta pertama kali memberikan kultum di Bulan Ramadhan, di depan para jemaah masjid seusai sholat dlohor di masjid Waskita Karya. Sengaja saya membawakan kultum dalam bentuk cerita/ kisah, dengan maksud agar materi kultum tidak membosankan dan monoton. Karena, jika kultum dikemas dalam bentuk cerita/ kisah, biasanya para jama’ah mengikuti alur cerita tersebut.

Sebenarnya, kisah ini saya cuplik dari kisah-kisah tauladan Rasul dan Sahabatnya.

Karena ini merupakan kultum saya yang pertama kalinya, maka saya nggak berani menulis poin-poin nya saja, sehingga saya tulis detail bacaannya, takut salah dan keluar dari alur ceritanya.

Nah, ini materinya, persis dengan yang saya print dan saya bacakan saat itu.

----------------------------------

Kultum, Masjid Waskita 3/10/’06

Bissmillahirrohmaanirrohim

Hadirin Rahimakumullah,
Alhamdulillah hirobbil alamin,
Innalhamdallahi nahmaduhu wanas taiinuh, wanas taghfiruh, wanaudzu billaahi min suruuri anfusinaa, wamin saiaati akmaalina, wamai yahidihilllaahu fala mudilla lah, wamaiyudlil fala haa dzi ya lah.
Asshadu anlaa ilaha illallah, waashadu anna muhammaddan abduhu warasuuluh, salallaahu alaihi wa ala alihi wa ashaa bihi wa sallam, Robbi sohri sodri ……..
amma ba’du :

Judul/ tema yang saya bawa kan kali ini, adalah :
ALLAH DI ATAS SEGALANYA

Hadirin Rahimakumullah,
Alkisah, Pada zaman Rasulullah SAW hiduplah seorang pemuda yang bernama Zahid yang berumur 35 tahun namun belum juga menikah. Dia tinggal di Suffah masjid Madinah. Ketika sedang mengasah dan memperkilat pedangnya, tiba-tiba Rasulullah SAW, datang tanpa diketahui sebelumnya, dan mengucapkan salam ”Assalaamu’alaikum ya Zahid ”, Zahid kaget dan menjawab salamnya dengan agak gugup.
" Wahai saudaraku Zahid, apakah selama ini engkau sendiri saja ? " Rasulullah SAW menyapa.
"Tidak ya Rasulullah, Allah senantiasa bersamaku " kata Zahid.
"Bukan itu maksudku, kenapa selama ini engkau masih membujang saja, apakah engkau tidak ingin menikah ? " kata Rasulullah SAW.
Zahid menjawab, "Ya Rasulullah, aku ini seorang yang tidak mempunyai pekerjaan tetap dan wajahku jelek, siapa yang mau denganku ya Rasulullah? "
" Asal engkau mau, itu urusan yang mudah!" kata Rasulullah SAW.

Kemudian Rasulullah SAW memerintahkan sekretarisnya untuk membuat surat yang isinya adalah melamar seoarang wanita yang bernama Zulfah binti Said, anak seorang bangsawan Madinah yang terkenal kaya raya dan juga terkenal sangat cantik jelita.
Setelah surat tersebut selesai dibuat oleh sekretasisnya, lalu surat tersebut diantarkan ke rumah Zahid, dan kemudian oleh Zahid, dibawa lagi kerumah Said.

Sesampainya di rumah Said, ternyata Said sedang ada tamu. Dengan santun Zahid memberikan salam kemudian memberikan surat tersebut dan diterima di depan rumah Said.
"Wahai saudaraku Said, aku membawakan surat dari Rasul yang mulia diberikan untukmu saudaraku"
Said menjawab, " Adalah suatu kehormatan buatku "

Lalu surat itu dibuka dan dibacanya. Ketika membaca isi surat tersebut, Said agak terperanjat karena tradisi perkawinan di Arab yang selama ini biasanya seorang bangsawan harus kawin dengan keturunan bangsawan dan yang kaya harus kawin dengan orang kaya, itulah yang dinamakan SEKUFU.

Seakan tidak percaya dengan isi surat tersebut, akhirnya Said bertanya kepada Zahid, "Wahai saudaraku, betulkah surat ini dari Rasulullah?"
Zahid menjawab, " Apakah engkau pernah melihat aku berbohong ? ".

Hadirin Rahimakumullah,
Dalam suasana yang membingungkan tersebut, tiba-tiba Zulfah datang dan berkata, " Wahai ayah, kenapa sedikit tegang terhadap tamu ini ?, Bukankah lebih baik disuruh masuk dan berbicara di dalam rumah ? ".
" Wahai anakku, ini adalah seorang pemuda yang sedang melamar engkau, supaya engkau menjadi istrinya " kata ayahnya.

Disaat itulah Zulfah melihat Zahid, kemudian sambil menangis sejadi-jadinya, dia berkata, " Wahai ayah, banyak pemuda yang tampan dan kaya raya semuanya menginginkan aku, aku tak mau ayah ! " dan Zulfah merasa dirinya terhina.

Maka Said berkata kepada Zahid, "Wahai saudaraku, engkau tahu sendiri anakku tidak mau, bukan aku yang menghalanginya dan sampaikan maafku kepada Rasulullah bahwa lamaranmu ditolak."

Mendengar nama Rasul disebut ayahnya, Zulfah berhenti menangis dan bertanya kepada ayahnya, "Wahai ayah, mengapa membawa-bawa nama Rasul?”

Akhirnya Said berkata, "Yang melamarmu ini adalah perintah Rasulullah."

Maka Zulfah istighfar beberapa kali dan menyesal atas kelancangan perbuatannya itu dan berkata kepada ayahnya, "Wahai ayah, kenapa tidak dari tadi ayah berkata bahwa yang melamar ini adalah Rasulullah, kalau begitu segera kawinkan aku dengan pemuda ini. ” Pinta Zulfah pada ayahnya.

Karena ingat firman Allah dalam Al-Qur'an surat 24 : 51. "Sesungguhnya jawaban orang-orang mukmin, bila mereka dipanggil kepada Allah dan Rasul-Nya agar rasul menghukum (mengadili) diantara mereka ialah ucapan ”Kami mendengar, dan kami patuh/taat ”. Dan mereka itulah orang-orang yang beruntung.” (QS. 24:51)

Begitu mendengar penuturan dari Zulfah, saat itu jiwa Zahid terasa melayang ke angkasa, baru kali ini dia merasakan bahagia yang tiada tara dan segera pamit pulang. Sampai di masjid ia bersujud syukur. Rasul yang mulia tersenyum melihat gerak-gerik Zahid yang berbeda dari biasanya, lalu bertanya : "Bagaimana Zahid?"
"Alhamdulillah diterima ya rasul," jawab Zahid. "Sudah ada persiapan?" tanya Rosul kembali.
Zahid menundukkan kepala sambil berkata, "Ya Rasul, saya tidak memiliki apa-apa."
Akhirnya Rasulullah menyuruhnya pergi ke Abu Bakar, Ustman, dan Abdurrahman bin Auf. Setelah mendapatkan uang yang cukup banyak, Zahid pergi ke pasar untuk membeli persiapan perkawinan.

Saat Zahid pergi, Rasulullah SAW menerima berita akan ada penyerangan dari kaum kafir. Lalu Rasul memerintahkan umatnya untuk bersiap-siap.

Singkat cerita,...............
Ketika Zahid sampai di masjid, dia melihat kaum Muslimin sudah siap-siap dengan perlengkapan senjata, Zahid bertanya, "Ada apa ini?"
Sahabat menjawab, "Wahai Zahid, hari ini orang kafir akan menghancurkan kita, apakah engkau tidak mengerti? ".
Zahid istighfar beberapa kali sambil berkata, "Wah kalau begitu perlengkapan kawin ini akan aku jual dan akan kubelikan kuda yang terbagus."
Para sahabat menasehatinya, "Wahai Zahid, nanti malam kamu berbulan madu, tetapi engkau hendak berperang?"
Zahid menjawab dengan tegas, "Itu tidak mungkin!"

Lalu Zahid menyitir salah satu ayat sebagai berikut, "Jika bapak-bapak, anak-anak, suadara-saudara, istri-istri kaum keluargamu, harta kekayaan yang kamu usahakan, perniagaan yang kamu khawatiri kerugiannya dan rumah-rumah tempat tinggal yang kamu sukai, adalah lebih baik kamu cintai daripada Allah dan Rasul-Nya (dari) berjihad di jalan-Nya. Maka tunggulah sampai Allah mendatangkan keputusan-Nya. Dan Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang fasik." (QS. 9:24).

Akhirnya Zahid (Aswad) maju ke medan pertempuran.

Dan singkat cerita dari pertempuran tersebut,.............
Zahid gugur di medan pertempuran/ mati syahid di jalan Allah. Rasulullah berkata, "Hari ini Zahid sedang berbulan madu dengan bidadari yang lebih cantik daripada Zulfah."

Lalu Rasulullah membacakan Al-Qur'an surat 3 : 169-170 dan 2:154). "Janganlah kamu mengira bahwa orang-orang yang gugur dijalan Allah itu mati, bahkan mereka itu hidup di sisi Tuhannya dengan mendapat rizki. Mereka dalam keadaan gembira disebabkan karunia Allah yang diberikan-Nya kepada mereka, dan mereka bergirang hati terhadap orang-orang yang masih tinggal dibelakang yang belum menyusul mereka dan tidak (pula) mereka bersedih hati".(QS 3: 169-170).
"Dan janganlah kamu mengatakan terhadap orang-orang yang gugur di jalan Allah, (bahwa mereka itu) mati, bahkan (sebenarnya) mereka itu hidup, tetapi kamu tidak menyadarinya." (QS. 2:154).

Pada saat itulah para sahabat meneteskan air mata dan Zulfahpun berkata, "Ya Allah, alangkah bahagianya calon Suamiku itu, jika aku tidak bisa mendampinginya di dunia izinkanlah aku mendampinginya di akhirat."

Hadirin Rahimakumullah,
Demikian kisah singkat ini saya sampaikan.
Dari kisah di atas, Mudah-mudahan kita dapat menarik manfaat sebagai bahan renungan buat kita, dan hikmah yang dapat kita ambil tentunya adalah , " Jadikanlah setiap urusan itu hanya untuk mengharapkan ridho dari Allah SWT. Jika adzan telah dikumandangkan, bersegeralah meninggalkan segala atribut yang bersifat duniawi. Menempatkan segala sesuatu secara proporsional dan adil. Untuk Allah adalah di atas segalanya, dan mati sebagai syuhada."

Fastabikul khairat.
Akhirul kalam, alhamdulillahi rabbil 'aalamiin.
Wassalamu’alaikum.wr.wb.


HaJeKa

Tidak ada komentar:

Posting Komentar