Kamis, 15 Oktober 2009

Beli HP getar

Minggu lalu (masih dengan kang Wahyu), setelah selesai sholat dlohor di Masjid Agung Solo , saya menyempatkan diri melihat-lihat pedagang kagetan yang berjualan secara mendadak di emperan masjid.

Macam-macam sih yang dijualnya, ada kopiah, baju koko, tasbih, es buah, Handphone baru dan second, dan lain-lain dah….buanyak amat pokoknya.

Semua saya lihat dan datangi 1 per 1, karena terus terang saya tertarik dengan cara mereka memasarkan produknya. Mereka adalah sales sejati, karena memang mempunyai bakat untuk itu. Kemampuannya dalam berdiplomasipun sangat hebat untuk menarik para pembeli. Mereka ngoceh tanpa henti dan tanpa teks, yang penting harus bisa menarik perhatian orang lain.

Namun di sudut sisi sebelah kanan masjid, saya melihat ada seorang pemuda dengan wajah agak kusut menunduk lesu. Saya melihat dagangannya hanya 1 buah handphone, itupun bukan barang baru lagi. Tidak ada orang yang datang melihatnya, apalagi membelinya.

Karena kasihan, akhirnya saya mencoba mendatanginya. Sengaja, sekedar bertanya-tanya saja, agar ada peminat lainnya yang ikut datang melihat.

Saya bertanya macam-macam, dan dia mulai mengeluh karena tidak ada yang berminat membeli handphonenya. Setiap ada yang datang bertanya, dan secepat itu mereka pergi meninggalkannya. Dalam hati saya pun berpikir, “ jelas saja orang pada pergi, habis tidak ada pilihan lagi. Atau harga yang ditawarkan terlalu mahal “.

Lalu saya iseng bertanya harga handphone tersebut, “ Mas, sampeyan iku jual HP piro hargane ? ojo larang-larang mas, ben ono sing tuku ? “.

Saya jual hanya Rp. 50.000,- saja kok pak, tapi tetap saja tidak ada yang mau beli. Semua pembeli rata-rata tidak ada yang cocok dengan getarannya, Pak. ”

Wah, murah juga pikirku. Bagiku tidak masalah ada getarannya, justru pas sedang rapat atau di tempat keramaian, getar tersebut digunakan. Tanpa pikir panjang, saya pun membelinya tanpa menawar lagi. Saya bayarkan saja Rp. 100.000,-, lalu saya tinggalkan pemuda tersebut.

Tak lama kemudian, pemuda tersebut memanggil saya “ Pak…pak…uang kembaliannya !! “. Saya jawab, “ Wis mas, gawe sampeyan yae “. Lalu dia jawab “ Suwon, pak “, dan seyumnya merekah.

Tapi, tak lama kemudian dia memanggil lagi, “ Pak…pak…sebentar pak “, dia berlari menujuku. Saya pun bertanya “ ada apa lagi mas ? “.

Bapak betul tidak masalah dengan getarannya ? “. Sekali lagi kujawab “ Tidak mas, nggak apa2, emang kenapa, mas ? “.

Dia diam sejenak, terus berucap “ Ma’af pak, itu getarannya 7,6 SR “. Saya agak enggak “ ngeh “ apa maksudnya dengan 7,6 SR.

Lalu saya bertanya padanya, “ opo toh maksudmu mas 7,6 SR ? “. Dia menjawab “ 7,6 skala righter, pak “.

“ Whaaaat !!!! “....saya pun ngoceh sendiri….” Xx#GH&@^&#VJJ “…pantesan nggak ada yang mau beli…getaran itu kan sama dengan gempa di Padang….

He he he….

Salam,

HJK

Tidak ada komentar:

Posting Komentar