Jumat, 11 September 2009

Laksamana Izar Ho...?!?! - (bag. 2)


Sejarah tentang perjalanan muhibah Cheng Ho, hingga saat ini masih tetap diminati oleh berbagai kalangan, baik kalangan masyarakat Indonesia pada umumnya, maupun masyarakat keturunan Tionghoa. Cheng Ho telah menjadi duta pembauran negeri Tiongkok untuk Indonesia yang diutus oleh kaisar Dinasti Ming pada tahun Yong Le ke-3 (1405). Dalam tujuh kali perjalanan muhibahnya ke Indonesia, Laksamana Cheng Ho berkunjung ke Sumatera dan Pulau Jawa sebanyak enam kali.

Kunjungan pertama adalah ke Jawa, Samudera Pasai, Lamrbi (Aceh Raya), dan Palembang. Sebagian besar daerah yang pernah dikunjungi Cheng Ho menjadi pusat dagang dan dakwah, diantaranya Palembang, Aceh, Batak, Pulau Gresik, Semarang (di sekitar Gedong Batu), Surabaya, Mojokerto, Sunda Kelapa, Ancol, dan lain-lain. Gerakan dakwah pada masa itu telah mendorong kemajuan usaha perdagangan dan perekonomian di Indonesia.

Dalam perjalanan muhibahnya, setiap kali singgah di suatu daerah ia banyak menciptakan pembauran melalui bidang perdagangan, pertanian, dan peternakan.

Misi muhibah yang dilakukan Cheng Ho memberikan manfaat yang besar bagi negeri yang dikunjunginya.

Klenteng Sam Poo Kong atau sering juga disebut sebagai Gedong Batu oleh masyarakat lokal adalah peninggalan super jaman dahulu. Sam Poo Kong adalah tempat pemujaan pada masa Laksamana Cheng Ho dari Tiongkok diutus ke pulau Jawa dan mendarat di pantai Semarang pada tahun 1401.

Kawasan Simongan Gedong Batu tempat berdirinya Klenteng Agung Poo Kong ini mengalami banyak pasang surut dalam pembangunannya, dan saat ini masih terus bertambah dengan pembangunan yang makin maju, sehingga komplek ini akan menjadi salah satu "landmark" kota Semarang.

Tidak hanya klenteng megah dan indah yang bisa dilihat disini, tetapi juga terdapat patung Laksamana Cheng Ho dan beberapa patung lainnya. Anda juga dapat meminjam kostum baju Tiongkok (cheong sam) untuk kemudian difoto di dalam area klenteng hanya dengan Rp 75,000. Sumber : Majalah Percikan Iman


(Foto ketika melepaskan tahta kekuasaan sebagai Laksamana Izar Ho, dan menjadi rakyat biasa)

Salam,

HJK

7 komentar:

  1. wah, mantaf juga pak. sy nunggu2 bagian ke 2 dr crita cheng ho bpk. :-)

    cheng ho, dengan inisial nama yg bgitu bnyk sudah mberi hikmah yg bgitu bnyk pula pak. sy terkesan dengan diplomasi dn determinasiny akan suatu konflik pak. dlu wkt ad drama seriny, yg diperankan bpk Yusril, sy kerap nonton juga.

    wah,75rb, sy mw coba ah jd laksamana saga ho. heuheuheu

    BalasHapus
  2. h h h....Laksamana Saga Ho...
    Jd siap pindah tugas untuk memegang PT. Holcim di Semarang nih...

    BalasHapus
  3. :-) iy pak, laksamana Saga Ho. heuheu..

    iy,sdkt mluruskan sj pak HJK. :-)
    sy teh bukan org Holcim pak. sy bkerja d Jasa Marga pak. :-)

    smoga kelak kt bs btatap muka pak. slm hangat.
    laksamana Saga Ho..

    BalasHapus
  4. h h h...ma'ap ma'ap deh...(kata orang sunda - karena dia nggak bisa bilang huruf " F " ).
    Jika saya lihat baju nya saat di tampilan awal, seperti baju PP, ternyata salah juga ya...
    Kalo di JM, insyaAllah ketemu...skrg pun saya menjadi mitra dengan konsorsium JM dan SPJT...Jadi, dinamakan TMJ - Trans Marga Jateng...
    Ya, lagi-lagi ma'ap...eh..ma'af...

    BalasHapus
  5. :-) iy pak, betul. dlu sy,begitu lulus kuliah, sempat 1 tahun mproyek di PP. kerjakan 2 gedung fakultas kedokteran UIN.

    TMJ y,iy pak,insyAllah. Someday kt btemu pak.
    skrg sy msh di pusat pak. di divisi pemeliharaan. terakhir sy bantu eskalasi waskita di proy pelebaran jembatan muara angke di sedyatmo. :-)

    BalasHapus
  6. Siapa bilang orang Sunda gak bisa bilang F ?? Pitnah itu... :-)..

    BalasHapus
  7. ha ha...langsung dapat protes dari yang mewakili orang sunda...

    Salam.

    BalasHapus