Minggu, 13 September 2009

Anak yang dibanggakan


Senin lalu, saya naik Bis dari Bekasi menuju bandara Soekarno – Hatta untuk penerbangan ke Semarang jam 13.45. Kebetulan di dalam perjalanan tersebut, saya duduk di samping seorang ibu berjilbab membawa tentengan yang agak banyak.

Perjalanan bis menuju bandara biasanya memakan waktu sampai sekitar 1 jam-an lah. Dan seperti biasa, kalau dalam perjalanan yang agak lama, saya memanfaatkan waktu untuk tidur sejenak, ya….menyimpan energi/ tenaga yang ada, maklumlah kalau sudah sampai di proyek biasanya kami tidur selalu larut malam. Apalagi jika saat itu ada pengecoran di site…wah, seringkali kami tidur jam 3 – 5 pagi.

Baru duduk sejenak, tiba2 sang ibu membuka pembicaraan bertanya (yang menurut saya hanya basa-basi saja). Ya, biasalah….bertanya tujuan kemana, bekerjanya apa, dimana bekerjanya, dll.

Namun, kali ini saya tidak mempunyai kesempatan untuk memejamkan mata, karena sang ibu bercerita terus mengenai ke 2 anak perempuannya yang sholehah dan pengalaman haji nya yang baru dijalani setahun yang lalu. Saya jadi tertarik mendengarkan ceritanya, siapa tahu ada nilai positif yang bisa saya ambil dari isi pembicaraan ini.

Singkat cerita, sang ibu begitu membanggakan ke 2 anak perempuannya. Karena dari semenjak kecil hingga saat ini tidak ada yang pernah menyusahkannya. Bahkan dalam hal teman pasangan hidupnya pun sampai sekarang belum ada. Malahan, anaknya menyerahkan pilihan pasangan hidup sepenuhnya pada sang ibu. Akhirnya, sang ibu jadi bingung sendiri…” Lho, kamu kan harusnya yang cari di Jakarta, kalau ibu kan di Pontianak, emang selera ibu sama dengan kamu…? “.

Ya, ibu ini tinggal di Pontianak – Kalimantan Barat mengikuti tugas suaminya sejak 20 tahun yang lalu. Suaminya bekerja di Dephub asli Sulawesi, sementara sang ibu tadi sebagi ibu rumah tangga asli Palembang. Dia memilih tidak bekerja (meskipun mempunyai kemampuan) agar dapat focus mendidik anak-anaknya. Karena menurutnya anak-anak ini merupakan amanah/ titipan Allah yang harus dijaga jangan sampai salah dalam mencari pedoman hidupnya. Bimbingan agama, akhlak, moral, budi pekerti selalu ditanamkan sejak masih kecil, dan anak2-nya pun (saat masih kecil) di sekolahkan di pesantren dan sekolah Islam. Tujuannya, agar pondasi keimanan sang anak sudah kuat jika besar dan berpisah dengannya.

Menurut saya, wajar saja bila sang ibu menjaga ke 2 anak perempuannya, apalagi melihat gaya hidup orang saat ini yang sudah menjauh dari rasa takut terhadap Allah dan juga hilangnya rasa malu terhadap sesama. Pergaulan bebas terjadi dimana-mana, minuman keras, narkotika, perempuan menyerupai lelaki, lelaki menyerupai perempuan, perselingkuhan dan lain sebagainya tanpa ada yang ditutup-tutupi lagi dan cenderung malah menjadi kebanggaan tersendiri, dengan menceritakan aibnya sendiri….hmmm, tanda2 kecil menuju akhir jaman kali ya…

Dan wajar juga, menurut saya bila sang ibu menjaga ke 2 anak perempuannya, jika tahu keutamaannya sebagai Ibu/ wanita terhadap ganjaran berupa “ PAHALA / SYURGA “ yang akan didapatkannya kelak di akhirat nanti.

Teringat saya akan salah satu fadhilah Wanita Barang siapa mempunyai tiga anak perempuan atau tiga saudara perempuan atau dua anak perempuan atau dua saudara perempuan, lalu dia bersikap ihsan dalam pergaulan dengan mereka dan mendidik mereka dengan penuh rasa taqwa serta bertanggung jawab, maka baginya adalah “ SYURGA “.

Lalu ada lagi, salah satunya “ Wanita yang tidak cukup tidur pada malam hari karena menjaga anak yang sakit akan diampunkan oleh Allah seluruh dosanya dan bila dia menghibur hati anaknya Allah memberi 12 tahun pahala ibadat. “

Nambah lagi, salah satunya Barang siapa mampu menjaga anak wanitanya dalam keadaan suci (perawan) hingga ia menikahkannya, maka pahala syurga akan diberikan baginya. “

Tak lama kemudian, beliau menunjukkan foto ke 2 anak perempuannya pada saya. Dan menyebutkan namanya yang islami (tapi, saya lupa). Yang pertama berjilbab dan sudah bekerja di Dephub Jakarta, dan yang kedua masih kuliah di Jakarta. Mereka ber 2 cantik-cantik, belum menikah dan belum punya pacar.

Lalu, beliau bertanya agak detail tentang usia dan satus saya. Beliau menebak saya baru 35 tahun….h h h…alhmadulillah, saya masih dinilai semuda itu…lalu saya jawab ” tidak bu, saya sudah 42 tahun dan sudah menikah, saya bertemu kenalan dengan istri di Mekkah – Al Mukaromah “

Lalu sang ibupun tersenyum, dan pembicaraan akhirnya beralih keseputar pengalaman hajinya setahun yang lalu. Kenikmatan beribadah dia rasakan sejak kakinya menginjakkan tanah di Makkah s/d Madinah. Memang terasa beda jika di tanah air, karena di Makkah dan Madinah semua hanya 1 tujuan untuk ibadah menggapai ridho nya. Kalau sudah di tanah air, pikiran banyak bercampur dengan urusan duniawi sehingga kurang dapat full khusyuk/ konsentrasi.

Mendekati terminal 1 bandara Soekarno - Hatta, di Akhir pembicaraan, ibu tadi berharap bisa umroh bersama suami dan anak2 nya kelak sebelum suaminya pensiun dari perusahaannya 3 tahun lagi. Saya pun berucap langsung “ Amin…saya do’a kan ibu, semoga niatan ibu yang terucap tadi tercatat oleh malaikat, dimudahkan segala urusannya dan diijabah oleh Allah SWT ”. Lalu sayapun berkata padanya “ Ibu, saya juga mohon do’a nya, karena saya juga merencanakan umroh pada tahun 2010 bersama keluarga “….jawab sang ibu “ Alhamdulillah, kita saling mendo’a kan ya, mas “.

Akhirnya, ibu tadi turun di terminal 1, sedangkan saya masih lanjut ke terminal 2.

Ya…semoga Allah mengijabah do’a dalam pembicaraan kami di akhir pertemuan tadi….Amin


Salam,

HJK

Nambah dikit :

  • Setiap orangtua selalu membanggakan anak, jika dia sedang bercerita tentangnya.
  • Anak adalah titipan yang harus kita jaga dan arahkan, dia adalah amanah yang pada akhirnya nanti dimintai pertanggung jawab oleh Sang Maha Pencipta.
  • Anak dapat menyeret orang tuanya ke dalam neraka, jika dia berbuat suatu kesalahan dalam perjalanan hidupnya, sedangkan dia tidak mengetahuinya. Karena semasa hidup, orang tuanya tidak pernah mendidiknya tentang yang Hak dan Bathil.
  • Anak adalah ladang amal dan investasi pahala untuk orang tuanya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar